Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wanita di Mata Pria, Dahulu dan Sekarang

31 Januari 2020   18:08 Diperbarui: 31 Januari 2020   18:10 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Diciptakan alam pria dan wanita

Dua mahkluk dalam asuhan dewata

Ditakdirkan bahwa pria berkuasa

Adapun wanita lemah lembut manja

 

Wanita dijajah pria sejak dulu

Dijadikan perhiasan sangkar madu

Namun ada kala pria tak berdaya

Tekuk lutut di sudut kerling wanita

 

 Lagu yang berjudul Sabda Alam karya Ismail Marzuki yang dibawakan oleh grub musik indie White Shoes & The Couples memanjakan telinga dan pikiran saya untuk merasakan Suasana masa-masa 2007 silam.

Di dalam penggalan lirik tersebut ada menyebutkan " wanita di jajah pria sejak dulu " yang jadi pertanyaan, apakah benar hal tersebut masih di alami wanita sampai saat ini khususnya di bangsa Indeonesia ?

Indonesia merupakan bangsa yang memegang kuat aturan adat dan agama, sebagai contohnya di beberapa daerah masih menjadikan posisi anak laki-laki lebih tinggi dari posisi wanita , di tambah lagi menyebutkan bahwa laki-laki diposisikan sebagai pemimpin, sehingga wanita tak patut berpendapat, di tambah lagi dengan sistem sosial patriaki yang menjadikan laki-laki memiliki hak istimewa terhadap perempuan.

Menurut Alfian Rokhmansyah (2013) di dalam bukunya yang berjudul Pengantar Gender dan Feminisme, patriaki berasal dari kata patriarkat, berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral, dan segala-galanya.

Jelas,

Peran budaya patriaki telah mempengaruhi pola pikir banyak orang yang telah mendarah daging di dalam kebudayaan masyarakat kita. Akibatnya, terjadilah kesenjangan gender serta ketidakadilan yang menyebabkan wanita tidak memiliki peran yang begitu besar di wilayah umum dalam masyarakat baik secara ekonomi, sosial, politik, dan psikologi.

Di dalam praktek masa lalu, masyarakat hindu misalnya, pada masa vedic 1500 SM, perempuan tidak mendapatkan harta warisan dari suami atau keluarga yang sudah meninggal.dalam tradisi masyarakat Buddha pada tahun 1500SM, perempuan dinikahkan sebelum mencapai usia puberitas. Mereka tidak memperoleh pendidikan, sehingga sebagian besar wanita menjadi buta huruf. Dalam masyarakat yahudi wanita di anggap inferior , najis, dan sumber polusi. Begitu pula pada masa-masa penjajahan bangsa belanda dan jepang, dimana perempuan di jadikan sebagai budak seks bagi tentara-tentara asing yang sedang bertugas di Indonesia. Serta terdapat peraturan yang melarang perempuan mengenyam pendidikan, kecuali mereka berasal dari kalangan priayi atau bangsawan ( convention watch, 2007)

Dari praktik budaya masa lalu, menimbulkan sebuah kesan yang mendarah daging, sehingga sampai saat ini praktik budaya patriaki masih terasa jelas di negeri ini.dari praktik tersebut menciptakan berbagai masalah sosial di bangsa ini seperti kasus KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pelecehan seksual, pernikahan dini, bahkan perceraian.

Seperti kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan yang sering di alami oleh wanita, dengan mudahnya masyarakat mengasumsikan bahwa si korban mengenakan pakaian terbuka, karna hal tersebut mengundang nafsu birahi si pelaku,akibatnya, si korban yang disalahkan, bukannya si pelaku.

Namun menurut saya pribadi, bukan karna pakaian yang terbuka lah yang menyebabkan kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan seperti marak yang terjadi, semua kembali ke pola pikir si laki-laki itu sendiri.ada yang biasa-biasa saja, dan ada pula yang langsung heboh serta mengomentari si wanita tersebut, dari hal inilah yang sebenarnya menciptakan bibit-bibit pelecehan  dan pemerkosaan terhadap kaum wanita.

Dalam penggalan lirik sabda alam, "Adapun wanita lembut manja" ,di tambah lagi akan budaya patriaki sehingga  menciptakan pemikiran bahwa wanita itu adalah kaum lemah dan kaum yang biasa di sakiti, baik hati dan juga fisiknya, sehingga derajat wanita sangat rendah di mata patriaki, yang mengakibatkan banyaknya kasus kekerasan di tempat kerja maupu di dalam lingkungan rumah tangga (KDRT) yang korbanya adalah wanita. Dan parahnya lagi, akibat dominannya peran laki-laki di sebiah lingkungan dan di dalam keluarga, mengakibatkannya si korba kekerasan bungkam seribu bahasa, dan tak berani melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib.namun, bila si korban itu membuka suara, tetap saja si korban akan yang di salahkan.

Pernah, Seorang teman wanita yang umurnya 31 tahun yang  sama dengan saya,yang saat ini belum menikah sempat bertukar pikiran dengan saya, di tengah-tengah obrolan iu,ia mengatakan, ' jadi wanita itu ngak enak'  berbeda sedikit saja, siap-siap untuk jadi sorotan, di tambah lagi dengan pertanyaan-pertanyaan usil yang sangat mengaggu,

Seperti ini ni contohnya, ngapain kamu kuliah tinggi-tinggi, toh ujung-ujungnya kembali kedapur, jangan sering pulang malam, nanti kamu di anggap cewe nakal, belum lagi dengan pertanyaan usia segini kok belum nikah?. Belum lagi bila menggunakan pakaian yang sedikit terbuka, semua mata laki-laki pasti menuju ke arah saya, bila saya protes, saya yang di salahkan toh, padahal, si laki-lakinya aja yang matanya jelalatan, ungkapan kesesalanya . jangankan pakaian terbuka, nenek-nenek dan wanita yang memakai pakaian tertutup pun menjadi korban pelecehan seksual dan pemerkosaaan. Berarti bukan salah kami kami donk, otak kalian aja tuh ( sambil menunjuk saya, laki-laki maksudnya)  yang mesum.

Namun Disisi lain, Kaum feminis menyebutkan bahwa setiap manusia dilahirkan dengan hak yang sama, baik laki-laki maupun perempuan.oleh karena itu, seharusnya mereka memiliki akses yang sama dalam hal memperoleh pekerjaan, pendidikan, mengambil keputusan, bergabung dalam politik..

Ada pula di Indonesia seorang tokoh Feminis dan juga pahlawan nasional Indonesia yaitu Raden Adjeng Kartini yang menggagas pendidikan untuk perempuan jawa sebagai pemenuhan hak perempuan yang sangat gigih memperjuangkan emansipasi wanita pada zaman itu.hasil perjuangannya berbuah hasil, tak ayal banyak wanita-wanita di bangsa ini termotivasi hingga mampu menyelesaikan sekolah sampai di perguruan tinggi. Dari hal tersebut menciptakan persamaan derajat antara wanita dan pria.

Ada ungkapan yang mengatakan " Di balik pria sukses, ada wanita tangguh yang berada di sisinya'

Seiring berjalannya waktu, bangsa ini sudah banyak melahirkan Kartini-kartini tangguh dan pula mandiri yang sangat berperan untuk kemajuan bangsa ini.

Emansipasi itu bukan bertujuan untuk menyaingi pria, namun untuk menyeimbangi seorang pria.

Sekian dan Terima kasih,

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun