Mohon tunggu...
Balada Akhmad Fajar
Balada Akhmad Fajar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Siapa saya ?... Saya adalah sebuah palu yang lama mengetuk untuk sebuah keputusan dunia yang tak layak di-hakimi oleh siapapun. "Manusia di-bingungkan oleh perkembangan dunia tetapi lupa akan jati diri-nya" "Manis termanis terlarut dalam kemanisan kehidupan" "Matilah matahari hiduplah rembulan"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Analisa Prilaku Anak dan Solusi Anak" (Pengalaman Ketika Masa SMA)

14 Oktober 2014   12:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:06 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ironisnya berita semalem beredarnya berita tentang anak SD Dibully Temannya saya teringat masa SMA dulu dimana saya selalu dibuat kalah dihadapan teman teman saya, Pengalaman saya sangat pahit Se-pahit empedu tetapi saya tak mudah putus asa. mungkin dulu adalah hal yang sangat bodoh saya lakukan saat masuk dunia SMA dulu saya seorang yang sangat nakal tetapi sering dibully teman sendiri. Dari pengalaman saya waktu SMA saya mempunyai solusi kenapa anak-anak sekarang sering berbuat yang tidak wajar dan mungkin ini juga mengkritik bagi pemerintah dan media massa bismillahirrohmanirrohim......... Saya awali dari sifat anak-anak hal ini sangat sulit ditebak dimana sifat anak-anak antara individu dengan individu yang lain berbeda kepribadian dan berbeda cara berfikir mereka, baik cara mencerna pelajaran sekolah maupun mencerna kata-kata orang tua. Saya membagi beberapa ciri-ciri anak-anak menurut pengalaman saya sendiri:

  • Anak-anak selalu mencari hal baru
  • Anak-anak tidak terlalu mendengarkan orang tua
  • Anak-anak selalu ber-experimen dan mengimplementasikan hal baru tersebut ke-teman sebayanya
  • Mencari sensasi

Dari ciri-ciri anak menurut pengalaman saya ini dapat disimpulkan bahwa anak-anak selalu mencari hal baru atas penemuan yang selalu dibuat oleh anak-anak atau Hal yang ditemuinya dipraktekkan secara langsung tanpa konsultasi kepada kedua orang tua Asal mula masalah yang pernah saya temui pada diri saya maupun Publik  :

  • Longgarnya pendekatan antara orang tua dengan anak
  • Kurangnya waktu keluarga untuk anak
  • Kurangnya Pendidikan Kewarganegaraan yang bersangkutan dengan sikap, saling bergotong royong dan saling monghormati
  • Orang tua kecolongan (waktu bermain anak tidak diawasi sehingga apa yang dilihat anak tidak dapat dilihat orang tua) misalnya bermain internet
  • Muncul sponsor yang berbau kekerasan, keangkuhan dan berita aktual tentang perkosaan yang seharusnya ditonton oleh orang Dewasa

Penyimpulan Solusinya :

  • Penerapan pendidikan Pancasila yang menekankan pada sikap, cinta tanah air, gotong royong, berbeda dalam persatuan, memahami sesama dan bertuhan pada kurikulum pendidikan mulai dari Tk sampai SMA

Hal ini bukan hanya diajarkan dari segi teori saja tetapi dari segi Implementasikan ke-masyarakat, teman dan Guru

  • Orang Tua Harus punya wawasan memahami anak paling tidak secara emosional

Bagian ini orang tua sering lalai disaat anak sedang depresi dan sedang dilanda masalah disitulah, biasanya anak sering menghindar dari orang tua dikarenakan anak merasa tersudut dan tidak mau mendengar perkataan anak.

  • Buatlah anak selalu sibuk dalam hal yang bermanfaat

misalnya: ikutka anak untuk Les, suruh mengikuti kegiatan sekolah

  • Beri waktu anak untuk melepas diri

Dalam hal ini anak sangat membutuhkan Hiburan paling tidak berkunjung ke suatu tempat yang menurut anak menarik dan menginspirasi, hal ini dilaksanakan dalam pengawasan orang tua secara tidak sengaja

  • Guru wajib menjaga keharmonisan dengan muridnya

Hal ini bisa dilakukan dengan cara berkomunikasi dengan murid setelah pelajaran atau saat jam istirahan, Guru berhak membuat murit nyaman dan tidak takut pada guru sehingga terjalin komunikasi yang sangat kental dan menimbulkan keterbukaan Kira kira Cukup saja pengalamanku yang saya analisa sendiri Mengutip kata-kata guru saya yang meninggal dunia 1 tahun yang lalu "Murid sama Guru bagaikan pena dengan kertas saling membutuhkan dan selalu berinteraksi" [caption id="" align="aligncenter" width="626" caption="Foto Beliau Memakai kaos kuning dan memakai topi"][/caption]

Begitulah kata-kata beliau dulu ketika masih hidup Dari kata-kata itu saya menyimpulkan bahwa Guru adalah orang Tua kedua bagi anak maka dari itu anak dan Guru harus menjadi seperti keluarga dimana keharmonisan tercipta, dan keterbukaan terbentuk. Semoga Beliau diterima disisinya dan diampuni dosa-dosanya #Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun