Camat (tersenyum): "Suara vokalnya bagus. Saya suka kreativitas ini."
Namun, semakin mereka bercanda, semakin jelas terlihat bahwa rakyat Dulangmas ingin lebih dari sekadar lelucon. Mereka menginginkan pemimpin yang bisa membawa perubahan nyata dan kesejahteraan bagi mereka.
Rakyat PKH (serius): "Pak Camat, kita perlu memilih pemimpin yang tidak hanya pintar bercanda, tapi juga pintar memimpin. Kesejahteraan kami juga penting."
Camat (mengangguk): "Kalian benar. Saya mengerti kekhawatiran kalian. Mungkin saatnya kita mencari caleg yang benar-benar peduli dengan rakyat, bukan hanya pencitraan semata."
Pertemuan itu berubah menjadi perlawanan warga Dulangmas yang mencari pemimpin sejati. Mereka menyadari bahwa kehidupan mereka tidak bisa diukur hanya dari sebatas program PKH, tetapi juga dari kepemimpinan yang memahami dan bekerja untuk kesejahteraan rakyatnya.
Akhirnya, muncul kesepakatan untuk mencari caleg yang mampu menggabungkan kecerdasan, humor, dan komitmen nyata terhadap kesejahteraan rakyat Dulangmas. Dalam prosesnya, mereka menemukan bahwa pemilihan caleg bisa menjadi peristiwa yang mengubah, yang membawa Banyumas ke masa depan yang lebih baik.
Malamnya, di tengah keheningan desa-desa Dulangmas, sebuah pertemuan rahasia diadakan di bawah cahaya bulan. Rakyat PKH, kepala desa, dan beberapa tokoh masyarakat berkumpul untuk merencanakan sesuatu yang lebih besar. Mereka tahu bahwa kehidupan mereka memerlukan pemimpin yang sejati, dan mereka siap melakukan apapun untuk itu.
Rakyat PKH (bersemangat): "Kita tidak boleh hanya mengandalkan lelucon semata. Kita perlu bertindak nyata untuk mendapatkan pemimpin terbaik!"
Kepala Desa 1 (mengangguk): "Benar! Mari kita buat gerakan bersama untuk memilih caleg yang peduli pada kesejahteraan rakyat."
Kepala Desa 2 (menyelipkan lelucon): "Mungkin kita bisa membentuk 'Bala Gibran'! Sebuah pasukan kuat yang dipimpin oleh kecerdasan dan canda."
Rakyat PKH (bersorak): "Bala Gibran! Bala Gibran!"