Gus Wahib tersenyum, "Namun, perlu diingat bahwa pemimpin juga harus memiliki nilai-nilai moral dan etika yang kuat. Bukan hanya sekadar hiburan semata."
Anak-anak muda itu saling pandang, lalu salah satu dari mereka, seorang perempuan berbicara, "Kami siap, Gus! Kami ingin berkontribusi, tidak hanya dalam seni dan budaya, tetapi juga dalam membangun bangsa ini."
Pak Kusein mengangguk setuju, "Bagus, anak-anak muda. Ingatlah, keberanian kalian adalah kunci untuk mewujudkan kemajuan."
Konyenk, dengan gaya khasnya, berkomentar, "Mari buat gerakan 'Generasi Muda, Panggung Utama...bung!'"
Semua orang di meja tertawa bersama, sementara diskusi melaju ke arah yang lebih serius. Mereka membicarakan bagaimana melibatkan generasi muda dalam kebijakan publik, memberikan peluang yang setara, dan mendukung pembentukan pemimpin muda yang berintegritas.
Pak Nakula menutup diskusi dengan bijak, "Generasi muda adalah investasi terbaik untuk masa depan. Mari kita dukung mereka, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga tindakan nyata."
Seiring malam berjalan, suasana di kedai kopi tetap hangat. Mereka mungkin memiliki perbedaan pandangan, tetapi semangat untuk menciptakan Banyumas yang lebih baik bersama-sama tidak terbendung. Diskusi lucu dan penuh ide segar ini memberikan inspirasi baru, dan semangat emansipasi anak muda pun berkembang di antara canda tawa mereka.
Dengan semangat yang membara, Konyenk bangkit dari kursinya di kedai kopi Banyumas. Ia berkata kepada anak-anak muda yang duduk di sekitarnya, "Anak-anak muda banyumas, inilah saatnya kita mengambil peran lebih besar dalam kepemimpinan bangsa ini! Kita tidak hanya bisa berkarya di dunia seni dan budaya, tetapi juga harus ikut berkontribusi dalam merajut masa depan negara kita."
Anak-anak muda itu mengangguk penuh semangat, mata mereka penuh dengan tekad dan antusiasme.
Konyenk melanjutkan, "Kita memiliki kekreatifan, keberanian, dan semangat yang tidak terbatas. Jangan biarkan potensi ini terbuang percuma! Saatnya kita buktikan bahwa anak muda bisa menjadi pemimpin yang tangguh...son"
Dengan sorot mata yang memancarkan semangat revolusi, Konyenk mulai berpidato di hadapan teman-temannya dan juga tokoh-tokoh yang ikut dalam diskusi tersebut.