Mohon tunggu...
Bala Gibran Banyumas
Bala Gibran Banyumas Mohon Tunggu... Penulis - wiraswasta

Isilah Form Pendaftaran Keanggotaan Bala Gibran Banyumas dengan mengisi Google Form berikut: https://forms.gle/K9kVQqspTCFx2unY8

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harmoni dan Revitalisasi di Ibu Kota Marhaen Banyumas

22 November 2023   03:05 Diperbarui: 22 November 2023   03:32 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : doc pribadi

Harmoni dan Revitalisasi di Ibu Kota Marhaenisme: Panggung Utama Generasi Muda Banyumas

Sebuah Cerpen fiksi oleh Bala Gibran Banyumas

 

Ini adalah sebuah cerpen fiksi. Adapun jika ada nama tokoh yang sama semata bukan tokoh tersebut. Cerita dimulai dengan Suasana sore itu di sebuah kedai kopi di sudut kota Banyumas sangat hidup. Konyenk, seorang seniman lokal yang setia dengan seninya, duduk di pojok ruangan, menggumamkan lirik lagu tradisional sambil melukis di atas selembar kanvas. Di meja sebelah, Pak Kusein, tokoh masyarakat terkenal di Banyumas yang  mengaku sebagai marhaen, asyik menyeruput kopi sambil sesekali menggerakkan kepala mengikuti irama musik.

Di meja seberang, Pak Nakula, seorang tokoh terkenal Banyumas, duduk dengan buku-buku tua di sekitarnya, serius mengamati setiap gerak-gerik yang ada di sekitarnya. Sementara Gus Wahib, seorang tokoh agama yang selalu tenang dan bijak, duduk di pojok lain, sambil sesekali menyesap teh hangatnya.

Tak jauh dari mereka, sekelompok anak muda kreatif yang di bawah asuhan Konyenk berdiskusi riang. Mereka membicarakan berbagai ide kreatif dan proyek seni yang ingin mereka garap. Dari pameran seni hingga revitalisasi seni tradisional Banyumas, semuanya masuk dalam wadah diskusi mereka.

Konyenk, yang tidak bisa menahan diri untuk tidak menyelipkan komentar humorisnya, berkata, "Eh Pak Kusein, kalau marhaen begini terus, nanti Banyumas malah jadi kota seniman, bukan ibu kota marhaen lagi!"

Pak Kusein tersenyum, "Ah, Konyenk, seniman punya peran besar dalam menginspirasi rakyat, tapi marhaen juga butuh seni untuk merayakan kehidupan!"

Pak Nakula, yang selama ini lebih banyak diam, akhirnya ikut berkomentar, "Tapi jangan lupakan nilai-nilai kearifan lokal dan tradisi, ya. Budaya Banyumas harus tetap dijaga."

Gus Wahib menambahkan, "Tentu saja, tapi kita juga perlu melibatkan generasi muda dalam menjaga nilai-nilai itu. Mereka bisa menjadi penghubung antara tradisi dan modernitas....wahai anak muda"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun