Bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia terutama di kota-kota besar, penumpukan sampah menjadi sebuah masalah yang sangat mengganggu bagi semua pihak. Sampah dapat menyebabkan pencemaran tanah, udara dan air. Serta dapat menimbulkan berbagai penyakit. Akan tetapi, jika sampah dapat diolah dengan benar maka dapat meningkatkan tingkat ekonomisnya. Mengingat sebagian besar dari sampah perkotaan terutama di pasar-pasar adalah sampah organik, maka salah satu cara pengolahan sampah organik sendiri dapat diolah menjadi cairan ekoenzim. Ekoenzim merupakan larutan zat organik kompleks yang diproduksi dari proses fermentasi sisa-sisa bahan organik. Cairan Ekoenzim ini berwarna cokelat gelap dan memiliki aroma yang segar dan asam yang kuat. Ekoenzim sendiri pertama kali ditemukan dan dikembangkan di Thailand oleh Dr. Rosukan Poompanvong yang aktif pada riset mengenai enzym selama lebih dari 30 tahun. Â
Terdapat dua jenis sampah yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik sendiri merupakan sampah yang mudah terurai dan membusuk seperti, sisa-sisa makanan, sayuran, buah-buahan dan daun kering. Sedangkan sampah anorganik sendiri merupakan sampah yang sulit membusuk dan tidak dapat terurai seperti, sampah botol plastik, kaleng bekas, besi, kaca dan barang elektronik. Pengelolaan sampah organik sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengomposan, baik secara aerobik maupun anaerobik. Dalam penguraian aerobik sampah dapat diubah menjadi kompos dan pada penguraian anaerobik akan dihasilkan biogas dan biomassa.Â
Dalam proses pembuatan cairan ekoenzim sendiri tidak memerlukan tempat atau wadah yang besar. Wadah seperti botol bekas yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk proses pembuatan cairan ekoenzim, hal ini juga menjadi sebuah kegiatan yang positif karena mendukung sebuah konsep refuse atau menolak produk yang berkemungkinan menimbulkan sampah. Pembuatan ekoenzim juga tidak memakan tempat yang luas sehingga dapat diterapkan di rumah.Â
Proses pembuatan cairan ekoenzim ini sendiri terbilang cukup lama yaitu, membutuhkan waktu 3 bulan. Akan tetapi dibalik proses pembuatan ekoenzim yang lama, ekoenzim sendiri memiliki berbagai macam manfaat seperti, dapat digunakan sebagai pupuk cair organik tanaman, campuran deterjen, pembersih lantai, pembersih sisa pestisida, pembersih kerak, dan juga dapat digunakan sebagai bahan spa untuk membantu melancarkan peredaran darah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H