Foto pelaku seni sebelum pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 dan kegelisahan umat manusia. Tulisan ini dibuat menangkap keresahan yang timbul ditengah masyarakat. Bayangkan saja akibat pandemi Covid-19, ada kawan yang mengaku terkena pemutusan hubungan kerja. Ada juga yang mengaku tidak bisa berkreatifitas dan beraktifitas dalam berkesenian karena adanya larangan berkerumun.
Seorang kawan berseloroh dalam status whatsapp nya "Sak suwene kesenian di pateni (off), seniman ya  akeh seng mati tenan. Opo mung manut kahanan?.
Kalau diartikan bahasa Indonesianya, jika seniman tidak boleh tampil di masa Pandemi Covid-19 ini. Banyak seniman yang mati sungguhan. Apa hanya menunggu keadaan?.
Ya garis besarnya seperti itu lah. Apa yang disampaikan seorang kawan ini mungkin bentuk luapan hati. Bagaimana tidak. Satu persatu teman-temannya dalam berkesenian meninggal. Memang baginya sudah ditakdirkan. Namun jika membatasi berkesenian hingga pandemi reda justru semakin membuat semua pada sakit.
"Sudah jelas musuh Covid-19 adalah imun. Imun tinggi virus kalah. Hati senang tingkatkan imun, susah tirunkan imun. Kesenian jelas itu menyenangkan. Kenapa yang dilakukan justru menyusahkan," tanyanya dalam statusnya.
Kawan yang juga seorang penggendang ini tidak memungkiri apa yang digencarkan pemerintah dengan segala peraturannya, baik mulai PSBB, PPKM, PPKM Mikro, darurat, hingga PPKM level sebagai upaya menurunkan angka positif Covid-19 yang masih tinggi. Namun demikian lanjutnya ada perlu yang diperhatikan. Jangan sampai rakyat semakin stres karena bingung besok makan apa.
"Banyak teman seniman mati bukan kena Covid, tapi karena stres, depresi, ya Allah. Apa yg bisa kita perbuat? Untuk kemanusiaan..??, Tulisnya.
Kawan satu ini bahkan menganalogikan realitas di masyarakat. Ibarat penjual pecal yang dagangannya ramai. Ia mempertanyakan kenapa yang dibubarkan warungnya bukan mengatur pembeli agar jaga jarak atau tertib.
Pun juga penonton kesenian, apa juga tidak bisa diatur? Kenapa kesenian yang dibubarkan atau dilarang." Kalau begini mestinya kesenian dapat menguatkan imun," akhirnya drop tidak ada hiburan," keluhnya.
Apa yang disampaikan kawan ini, mungkin satu dari jutaan orang yang mengalami hal sama. Jadi kalau berbicara pandemi Covid-19 sebenarnya ada berbagai aspek yang harus diperhatikan. Tidak hanya berbicara data pasien sembuh dan positif Covid-19 atau juga yang dinyatakan meninggal.
Namun lebih dari itu. Jeritan warga masyarakat ini tidak bisa dianggap remeh. Pemerintah harus hadir menyikapi apa yang dirasakan warga masyarakat. Jangan sampai ada jeritan yang membuat resah di masa Pandemi ini, termasuk salah satu nya," Besok apa yang aku makan. Pemasukan aja tidak ada."
Salam sehat. Semoga kita selalu diberi kesehatan. Tetap patuhi aturan, kedepankan protokol kesehatan dan tetap 1 M ( jangan Mokong). Karena kita tidak tahu siapa yang membawa virus, bisa Saya, Kalian, atau Kamu. Sekarang waktunya menjadi Pahlawan untuk diri sendiri dan sekitar untuk tidak abai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H