Sungguh ironis, di rumah sakit pun, karena membludaknya pasien. Seorang tetangga di Surabaya harus mendapatkan penanganan di selarasar rumah sakit.
"Gak tega lihat bapak. Nafasnya tersengal- sengal. Ini belum dapat kamar masih antri. Bapak kemarin bajunya minta dilepas. Tidak tahunya bapak sudah tidak ada," ucap kawan sembari menangis.
Apa yang terjadi memang takdir. Tapi tidak ada salahnya, kita terus berihtiar. Tentunya pemerintah juga tidak ambil diam terkait "Pagebluk" ini. Selain peran pemerintah, kita sebagai bagian dari warga masyarakat juga mengambil peran. Meski hanya sedikit, tetap patuhi protokol kesehatan. Jangan songong seolah kita kebal. Dan satu kata terkait pencegahan Covid-19 dengan I M yakni "Manuto".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H