Pagi itu pukul 7.00 WIb, An Naura namanya sudah bersiap mandi. Ia berujar pada Ibu nya, "Ma aku sekolah ya.
Dari sejak Masa Pengenalan Sekolah, Â ia tampak tergugah ketika melihat kakaknya yang harus pengenalan dengan guru dan teman-temannya melalui Zoom.
Selepas mandi ia memakai baju rapi, layaknya anak mau pergi sekolah ia juga tidak lupa memakai kaos kaki dibalut sepatu dan tas dipunggung.
"Berangkat sekolah dulu ya," kata Naura sambil cium pipi mama papanya.
Kalau melihat umur yang hampir menginjak 4 tahun September besok, sebenarnya bisa ia masuk sekolah PAUD. Karena pandemilah dan berbagai pertimbangan Naura belajar dirumah.
Orang tua mengakui, anak sesuai Naura perlu banyak interaksi dengan sekitar dan pengenalan, namun kembali Pandemi Covid menjadikan cukup dirumah saja.
Kembali ke Naura, karena niatnya sekolah. Ia juga memperagakan kursi dan meja yang harus diduduki. Waktu itu ia memilih duduk di kursi meja makan. Ia tidak lupa menaruh tas dan mengambil buku. Waktu dilihat orang tua bukan buku tulis, tapi buku Tilawatil untuk kakaknya ngaji.
Ya namanya anak kecil mungkin pikir Naura yang penting buku. Hehe..
Memang dilihat dari kesiapan untuk bersekolah pada setiap anak berbeda-beda. Apakah anak sudah matang secara fisik, kognitif, sosial, dan emosional untuk mengikuti kegiatan PAUD tersebut? Dapatkah ia berinteraksi dengan anak-anak lainnya? Jawabannya sih menurut orang tuanya siap.
Berbagai tahapan test juga telah dilakukan orang tuannya. Terkait kemandirian, Naura sudah berani mandi sendiri, sikat gigi sendiri, bahkan pakai baju sendiri, meski kadang-kadang kebalik..hehe.
Ia juga cepat berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Tidak jarang terdengar celetukan saling marah-marahan, wong memang anak-anak.
Mungkin cukup membahas Naura. Sekarang beralih ke Pandemi. Ya pandemi Covid-19 benar-benar membawa tatanan baru. Miris ketika kakak Naura ditanya perihal teman-teman barunya di sekolah. Secara lugas ia menjawab tidak kenal wong tidak pernah ketemu.
Ya beralasan memang sejak pandemi pemerintah memutuskan untuk siswa belajar dirumah secara daring. Itu pun bagi yang punya kuota internet atau garis hidup nya mencukupi untuk kegiatan daring. Pertanyaannya dengan anak-anak yang hidupnya dibawah garis kemiskinan. Jangankan kuota internet kadang-kadang handpone pun tidak punya.
Pandemi Covid-19 membuat semua yang biasa menjadi luar biasa. Entah sampai kapan musibah ini berakhir. Jengah menghinggapi hampir lapisan masyarakat. Tapi demikian tidak lantas semua itu bebas. Harus ada aturan yang dipatuhi untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Semoga kita selalu diberi kesehatan. Tetap patuhi aturan, kedepankan protokol kesehatan dan tetap 1 M, jangan Mokong. Karena kita tidak tahu siapa yang membawa virus, bisa Saya, Kalian, atau Kamu. Sekarang waktunya mrnjadi Pahlawan untuk diri sendiri dan sekitar untuk tidak abai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H