Namun ketika ke-2 pembalak liar menebang si pohon Mangga, tawon menyerangnya karena mau mengganggu si pohon Mangga dan rumahnya di atas ranting pohon Mangga. Penebang liar itu lari karena tersengat oleh segerombolan lebah yang ada di atas pohon Mangga tersebut.Â
Pembalak liar itu, mencari pohon yang lain lagi untuk mereka tebang, namun tidak jauh dari pohon Mangga mereka melihat pohon yang sangat rimbun, tinggi dan pohonnya tidak ada lebah dan hewan yang lainnya tinggal di atas ranting pohon Ara tersebut.Â
Ke-dua pembalak liar itu bergegas menebang pohon Ara itu, dengan parang yang tajam penebang kayu itu dengan asik mengayunkan parang mereka di pohon Ara.Â
Pohon Ara hanya bisa pasrah dan berdiam diri menahan kesakitan.Â
Tetapi aksi kedua pembalak liar itu diketahui oleh lebah yang tadi menyerangnya mereka karena mencoba menebang si pohon Mangga. Tidak hanya lebah tetapi pohon yang lainnya, burung dan angin juga mengetahui pembalak liar itu untuk menebang si pohon Ara.Â
Pohon Mangga lalu bertindak memerintah lebah yang ada di atas rantingnya untuk menghentikan aksi ke-dua pembalak liar tersebut menebang si pohon Ara.
Lebah itupun langsung bergegas menyerang si pembalak liar tersebut untuk menghentikan aksinya menebang si pohon Ara.Â
Seketika itupun pembalak liar itu berteriak histeris karena kesakitan disengat sang Lebah dan bergegas lari meninggalkan tempat dimana mereka menebang pohon Ara itu.Â
Selesai kejadian, pohon Ara merasa malu kepada sang Lebah karena dia pernah menolak lebah untuk membuat rumah di atas pohonnya. Pohon Ara juga merasa bersalah kepada, pohon Mangga, burung, angin, dan pohon yang lainnya karena sombong, cuek, dan angkuh.Â
Dia meminta maaf kepada semuanya lalu menangis kepada dihadapan mereka dan tidak akan mengulangi perbuatannya, yang sombong, cuek dan angkuh terutama kepada si pohon Mangga.Â
Tokoh-tokoh: