Sinopsis:
Cerpen ini mengisahkan pohon Mangga dan pohon Ara. Di hutan yang rimbun mereka hidup berdampingan tetapi tidak hidup rukun. Mereka mempunyai buah yang sangat lebat.Â
Pohon Mangga mempunyai sifat baik kepada siapapun baik pohon disekitarnya termasuk si pohon Ara dan kepada hewan yang hinggap di ranting pohonnya. Pohon Mangga senantiasa juga mempersilakan siapa saja yang hinggap di rantingnya.Â
Kebalikan dari pohon Mangga, pohon Ara mempunyai sifat yang sombong dan bersikap tidak baik kepada si pohon Mangga, dan membiarkan hewan yang lain hinggap di rantingnya.Â
Burung dan lebah dianggapnya berisik ketika bernyanyi di ranting pohonnya lalu mengusirnya dan memerintahkan mereka bernyanyi di atas pohon Mangga.Â
Mereka yang mau membuat tempat tinggal pun di atas ranting selalu pohon Ara marahi karena dianggap merusak daunnya yang hijau, rimbun dan mempunyai pohon yang tinggi berbeda dari pohon yang lainnya tidak mempunyai daun yang rimbun, pohon pendek dan lainnya sebagainya tidak seperti si pohon Ara.Â
Angin juga pernah dimarahi oleh si pohon Ara karena menghembuskan udara di pohonnya dengan alasan merusak daunnya yang rimbun dan rantingnya yang kuat. Tetapi angin tidak menanggapinya malah memberikan nasehat kepadanya agar berbuat baik kepada pohon, hewan, dan yang lainnya.Â
Di sisi lain si pohon Mangga hidup bahagia dan penuh tawa bersama pohon yang lainnya, angin dan bernyanyi riang bersama burung, serta lebah yang mampir maupun yang membuat rumah di atas rantingnya.Â
Meskipun pohon Ara selalu cuek kepadanya namun si pohon Mangga tidak benci kepada pohon Ara. Bahkan setiap hari dia menyapanya walaupun bersikap cuek mengabaikan sapaan dari  si pohon Mangga.Â
Suatu hari ada 2 orang pembalak liar masuk hutan untuk menebang pohon. Dia melihat ada pohon sebagai saran untuk ditebang.Â