Perang pilkada seolah masih begitu terasa hingga saat ini, walau terkadang jika kita menyadari pilkada telah lama usai. Namun sepertinya masyarakat khususnya jakarta, terutama para pendukung aktif bagi para calon maupun kader partai andalannya. Mereka mengangap bahwa kekalahan yang terjadi adalah kompetisi yang tidak jujur. Entah apa dasarnya, namun begitu banyak ketidakjujuran saat itu, yang mengakibatkan kesalahan dalam berpendapat, emosi yang terus digali, benci yang terus dikompori, hal yang baik berubah menjadi modus dan prasangka buruk, begitu sebaliknya, hal yang buruk dan merugikan dianggap sebagai hal yang pantas.
Parahnya, pandangan yang salah tersebut seolah menanamkan dendam buta pada pendukung lawan yang amat begitu dalam. Ini lah yang terjadi pada Ahokers selaku pengagum dan pendukung aktif seorang narapidana kasus penista agama itu.
Hal yang perlu diluruskan adalah bahwa ahokers terlalu mendramatisir dalam menilai, sehingga tidak lagi membedakan mana fakta mana opini. Tiap pendukung bebas dalam memilih dan mendukung, namun ada porsi nya masing masing. Bisa membedakan dan menempatkan diri didalamnya, jangan sampai terbawa haluan sehingga membutakan mata untuk melihat kebenaran sesungguhnya.
Perihal panas nya pilkada yang terjadi kemarin, seolah telah memberikan doktrin yang buruk bagi pemikiran para ahokers. Kenapa tidak.? Semua ahokers menyerang siapapun yang tidak membela dukungannya. Bahkan anggapan itu diperkuat oleh pemkirannya sendiri bahwa mereka saling mendukung untuk menjatuhkan lawannya. Apakah hal tersebut dibenarkan.? Ahokers satu membuat suatu fitnah dan menyebarkan, untuk mengobarkan emosi dan benci ahokers lainnya, padahal ulasan tersebut adalah ulasan yang bukan sebenarnya melainkan informasi analisis pengandaian oknum yang belum jelas terbukti alias opini.
Dan kenyataannya, kelompok ahokers terus menyerang fanatik kepada siapapun yang tidak mendukung. Anggapan mereka seolah menuduh pihak lawan mengatur siasat dan bekerja sama secara diam diam untuk menjatuhkan ahok. Entah seperti apa pola fikirnya, namun cara mereka menanggapi suatu hal selalu bernada buruk.
Dimulai dari jutaan umat muslim yang meminta keadilan atas kasus penistaan agama. Ahokers selalu mengangap itu adalah konspirasi besar yang menjatuhkan ahok. Namun kenyataannya itu adalah pure kegiatan islam yang meminta keadilan, yang mana acara tersebut di dalangi oleh si Habieb Rizieq selaku ketua FPI.
Hanya karena beberapa pihak tidak mendukung ahok, ahokers mengangap bahwa mereka yang tidak mendukung adalah satu team besar yang mendukung satu sama lain untuk menjatuhkan ahok. Salah satu diantaranya mereka mengangap bahwa Hary Tanoe juga ada keterlibatan didalamnya. Sehingga tak jarang ahokers menyerang setiap media milik HT dengan membabi buta.
Perlu di ketahui, Bahwa pak HT tidak mendukung kegiatan apapun terutama masalah penuntutan keadilan agama yang dipimpin oleh Si Rizieq syihab.
“keterlibatan Hary Tanoe dalam pilkada jakarta, hanyalah sebagai pendukung paslon dari lawan ahok yaitu Anies Sandi. Yang mana alasan dari dukungan tersebut karena program program yang ditawarkan dari gubernur saat ini, sama dengan program visi misi dari kader partai milik Hary tanoe yaitu Partai Perindo”.
Program tersebut yaitu OK OCE yang dikenal dengan One Kecamatan, One Central Enterpreneurship yang mana program tersebut mengarah pada sisi kewirausahaan masyarakat untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru demi terwujudnya kesejahteraan ekonomi masyarakat.
“Program tersebut dianggap sebagai salah satu solusi efektif yang bisa membawa perubahan nyata bagi ekonomi rakyat dan menumbuhkan kesejahteraan masyarakat.” Berbeda dengan program ahok yang terkesan lebih pro pada pembangunan dan mengesampingkan kebijakan pro rakyat kecil.”
Diluar dari itu, paling tidak ini adalah alasan dasar mengapa Hary tanoe mendukung Anies sandi. Bukan karena maksud tertentu, ataupun maksud lain. Namun prioritas utama seorang Hary tanoe adalah memperjuangkan nasib rakyat miskin. Baginya itu adalah tujuan utama untuk membangun bangsa dan negara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H