Mohon tunggu...
Baizul Zaman
Baizul Zaman Mohon Tunggu... Dosen - -

lahir di pulau Muna, Desa Pure, Kelurahan Labunia, Tahun 1988. Setelah tamat Sekolah di SMA 2 RAHA, saya melanjutkan kuliah di STMIK Dipanegara Makassar sampai tahun 2010. Tahun 2013 melanjutkan Studi S2 Bidang Teknik Informatika Universitas Hasanuddin.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jika Kita Berperang di Laut Natuna

13 Januari 2020   15:48 Diperbarui: 13 Januari 2020   15:51 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siaga di Laut Natuna (Foto : cnnindonesia.com)

Konflik di Laut Natuna akhirnya memberikan warna baru dalam siaran berita televisi kita beberapa hari ini. Jika sebelumnya yang dibahas hanya soal Iran vs AS, kasus korupsi dan persoalan banjir Jakarta, kini sudah diselengi dengan soal konflik di Laut Natuna.

Persoalan yang terjadi di Laut Natuna bukanlah kaleng-kaleng. Soalnya, konflik di laut yang konon kabarnya banyak mengandung "harta karun" ini memperhadapkan negara kita dengan China. Sebuah negara yang dikabarkan memiliki keampuan militer yang tidak main-main. Bahkan, negara sebesar AS pun sempat segan kepada mereka.

Meskipun demikian, tentu saja saya tidak merasa khawatir sedikit pun ketika mendengar kabar berita di televisi bahwa ada kemungkinan terjadi perang di Laut Natuna. Pasalnya, saya selalu memiliki keyakinan bahwa kemenangan sebuah pertempuran tidak selamanya diukur dari kekuatan militer. Maka dari itu, saya sangat  yakin kalaupun disana terjadi perang, maka kitalah yang akan memenangkannya.  

Sampai hari ini pun, saya masih yakin kalau negeri yang bernama Indonesia ini tidak akan pernah kalah, hancur dan runtuh hanya karena konflik seperti ini. Namun, negeri ini hanya akan hancur ketika manusia-manusia yang ada di dalamnya sudah kehilangan rasa optimisme dan percaya diri. Hal ini terlihat seperti yang ditunjukan oleh beberapa orang politisi (sebut saja namanya TUDE) yang belakangan tampil di televisi yang dengan gampangnya mulut mereka mengatakan bahwa kita akan kalah jika berperang dengan Cina di Laut Natuna. Padahal, mereka adalah anak-anak bangsa yang lahir dari rahim sebuah bangsa yang pantang mengucapkan kata kalah sebelum berperang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun