Pulau Munante. Nama yang disematkan oleh masyarakat setempat pada sebuah pulau yang hanya berjarak sekira beberapa ratus meter dari kampung halaman saya, Desa Pure, Kecamatan Wakorumba Selatan, Kab. Muna.
Sekitar 20 tahun yang lalu, pulau kosong yang tak berpenghuni itu masih menjadi primadona masyarakat kampung saya dan sekitranya untuk bertamasya. Bahkan, pada saat visit Indonesia tahun 1991, pulau ini menjadi salah tempat yang dikunjungi oleh banyak wisatawan dari mancanegara.
Mengapa tidak, pasirnya yang putih dan halus seperti tepung terigu seakan menjadi magnet tersendiri bagi pulau itu. Ditambah lagi dengan keindahan bawah lautnya yang ditumbuhi aneka ragam terumbu karang yang sangat indah, semakin membuat orang terpanggil untuk datang ke sana.
Selain itu, di tengah pulau itu ditumbuhi oleh pepohonan rimbun yang menjadi habitat beberapa jenis burung dan ayam hutan. Di sana juga terdapat kolam kecil seukuran tempat jacuzzi yang airnya tawar dan jernih sehingga bisa dijadikan sebagai tempat untuk bersantai atau membasuh badan seusai berenang di laut.
Jika melihat dari semua yang ada pada pulau ini, maka tidak berlebihan kiranya kalau saya menyebutnya sebagai surganya wisata pantai di Sulawesi Tenggara.
Namun, sayang seribu sayang. Keindahan Pulau Munante ini kini telah tiada. Pasir putihnya yang elok telah habis dikeruk oleh tangan-tangan serakah sampai ke akar-akarnya. Terumbu karangnya telah rusak akibat bom dan diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk dihancurkan dan dijadikan sebagai kapur. Pohon-pohonya yang dulu sangat rimbun kini telah banyak yang ditebang dan hanya tersisa sedikit. Kolam kecil yang ada ditengah pulau itu pun kini airnya hampir kering dan sudah terasa asin. Â
Luar biasa bukan?
Kini, pulau berpasir indah itu telah berubah menjadi pulau karang yang berbatu terjal. Sudah tidak ada lagi keindahan yang ada di sana. Saat air pasang, pulau itu seperti hilang karena hampir semua permukaanya tertutupi oleh air laut.
Saya mencoba untuk berandai-andai, jika saja pulau ini masih terawat sampai sekarang, bukan tidak mungkin ia akan menjadi salah satu tempat pariwisata yang bisa memberikan pemasukan bagi daerah dan masyarakat setempat. Namun, apa boleh buat. Semuanya sudah hancur lebur. Saya hanya bisa berharap, apa yang dialami oleh Pulau Munante ini tidak terjadi pada pulau-pulau lain yang ada di nusantara ini. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H