[caption caption="Sumber gambar : tonyconyi.wordpress.com"]
[/caption]Ketertarikan manusia untuk menggunakan berbagai perangkat digital dan elektronik dewasa ini telah menjadi sebuah hal lumrah yang lazim kita jumpai ditengah-tengah masyrakat kita. Tidak perduli apakah mereka berpenghasilan besar atau tidak, mereka tidak tanggung-tanggung untuk terus menambah jumlah perangkat digital dan elektronik yang ada dirumahnya meskipun sebetulnya masih ada perangkat-perangkat lama yang masih bisa digunakan.
Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh semakin banyaknya perangkat digital dan elektronik yang diperjual belikan. Apalagi saat ini kita telah memasuki era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), dimana produk-produk digital dan elektronik yang berasal dari luar negeri semakin membanjiri pasar dalam negeri. Hal ini kemudian berimplikasi pada semakin murahnya barang yang ditawarkan.
Selain itu, kemudahan masyrakat untuk mengakses informasi tentang penjulan barang-barang digital dan elektronik melalui beragam aplikasi e-commerce yang ada seperti di Lazada, OLX, Tokopedia, dll semakin mempengaruhi cara pandang masyarakat kita yang sebagian besar memang memiliki sifat konsumerisme untuk selalu melakukan pembelian barang-barang digital dan elektronik tersebut. Padahal jika dipikir-pikir apa yang dilakukan itu hanyalah untuk memenuhi keninginan  atau hasrat semata saja yang tentunya sampai kapan pun hal ini tidak akan pernah bisa terpuaskan.
Penggunaan perangkat digital dan elektronik dalam suatu rumah tangga yang tidak disesuaikan dengan porsi kebutuhan yang sebenarnya memang telah menjadi kebiasaan buruk yang jarang disadari oleh masyarakat kita. Nantilah ketika ada tagihan listrik yang begitu banyak dan membengkak barulah mereka tersadar ternyata ada banyak uang yang harus dikeluarkan setiap akhir bulan untuk membayar beban listirk yang digunakan.
Bagi yang mememiliki uang, persoalan besarnya tagihan listrik yang harus dibayar tiap bulanya mungkin bukan menjadi persoalan. Namun poin pentingnya sebetulnya bukan cuma disitu. Karena listirik yang digunakan ini bukanlah sumber daya abadi dalam artian ketersediaanya terbatas maka perlu kiranya bagi kita untuk menggunakan energy listrik ini secara bijak.
Mungkin hari ini kita sedang berada dalam kondisi dimana sumber daya listrik  yang kita miliki masih leluasa untuk digunakan. Akan tetapi, mengingat sumberdaya listrik yang ada saat ini sumber energinya bukanlah sesuatu yang dapat diperbaharui atau dapat habis jika digunakan terus menerus – tidak seperti sumber energy listrik yang berasal dari sinar matahari, biomasa atau panas bumi - maka efisiensi dalam menggunakanya adalah pilihan yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.
Efisiensi dilakukan tentunya demi satu tujuan yaitu agar cahaya listirk ini bisa dinikmati bukan Cuma generasi saat ini saja, namun sampai anak cucu kita bisa terus menikmatinya. Memang ada alternative lain yang bisa digunakan sebagai sumber energy listrik ini seperti yang saya sebutkan diatas, namun dalam tulisan ini saya hanya membahas bagaimana pemanfaat listrik secara bijak terkait dengan sumber dayanya yang terbatas.
Apakah efisiensi listrik ini bisa terlaksana? Jawabanya tentu bisa. Dengan memanfaatkan listrik pintar.
LISTRIK PINTAR SEBUAH KENISCAYAAN
Listrik pintar (prabayar) yang digagas oleh PT.PLN merupakan sebuah pendekatan baru yang diberikan kepada pelanggan dalam hal pemanfaatan listrik. Dalam hal ini jika sebelumnya pelanggan mendapat layanan listrik paskabayar dimana pelanggan menggunakan energi listrik dulu dan membayar belakangan, pada bulan berikutnya maka mekanisme ini tidak berlaku pada sistem listrik pintar (prabayar).
Pada sistem listrik pintar, pelanggan mengeluarkan uang/biaya lebih dulu untuk membeli energi listrik yang akan dikonsumsinya dimana besar energi listrik yang telah dibeli oleh pelanggan dimasukkan ke dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang dilokasi Pelanggan melalui sistem ‘token’ (pulsa) atau stroom. MPB inilah yang menyediakan informasi jumlah energi listrik (kWh) yang masih bisa dikonsumsi.