Mohon tunggu...
Muhammad Baitus S.
Muhammad Baitus S. Mohon Tunggu... Penulis - Guru Swasta

Bapak-Bapak yang menjadi Seorang Guru dan Seorang Suami

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Fokus

17 September 2023   11:44 Diperbarui: 17 September 2023   11:48 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin malam saya ingin menulis Artikel tentang bagaimana cara berbicara agar supaya didengarkan orang. Sudah saya tulis di Dokumen drive saya. Bahkan sudah saya susun Skema pembahasannya. Mulai pembahasan mengenai; 1). Berbicara sesuai topik yang dimengerti oleh pendengar, 2). Berbicara dengan jelas, 3). Berbicara secukupnya jangan terlalu berlebihan dan yang ke-4 ini saya belum menulis (dikosongi) karena mulai kebingungan.

Kemudian tidak lama setelah menulis topik itu, muncul lagi Ide untuk menulis sebuah kasus Relokasi yang terjadi di Rembang, yang mana di sana terjadi Demo besar antara masyarakat dengan pemerintah, yang kemudian mengakibatkan adanya korban.

Kedua pembahasan itu saya dapatkan dari Media sosial yang saya lihat, dari berbagai Media sosial seperti Instagram, Tiktok, FB, YouTube, dan lain-lain. 

Oleh karena itu saya berpikir, di Zaman sekarang betapa mudahnya kita mendapatkan Informasi, untuk kita baca dan dilihat sebagai pengetahuan kita.

Berbeda pada Zaman 80/90-an, yang mana untuk mendapatkan Informasi kita harus mendengarkan radio-radio yang diputar di Toa atau membaca koran dan melihat Televisi terlebih dahulu. Namun orang-orang tertentu saja atau orang yang kaya yang mempunyai Televisi. Orang yang belum mampu beli, biasanya nebeng atau hanya bisa melihat dari luar jendela orang yang punya. Pun membutuhkan 2 atau 3 hari agar supaya informasi tertentu bisa terangkat.

Beruntung kita bisa merasakan Zaman serba mudah seperti sekarang ini. Bukan hanya kebutuhan informasi, juga untuk kebutuhan belajar secara otodidak, Riset laporan, buku, penelitian bahkan membuat konten pun kita sangat dipermudah.

Saya ingat dahulu ketika saya hendak ingin membeli baju lebaran. Ibu dan Bapak saya mengajak saya untuk membeli baju di pasar terdekat. Yang mana dulu si penjual baju masih lesehan (alas tikar), dan si penjual hanya menjual baju seadanya dan tidak banyak.

Kemudian saya dibawa oleh bapak dan ibu ke si penjual baju tersebut untuk memilih baju yang cocok untuk saya pakai di hari lebaran. Tanpa lama-lama saya sudah menemukan baju lebaran terbaik saya, yang menurut saya sudah sangat bagus untuk dipakai di Hari lebaran.

Berbeda dengan sekarang, ketika kita hendak beli baju, diajak ke sebuah Mall, bahkan mall yang sudah besar dan pilihan baju bagus sudah sangat banyak. Namun masih ada saja yang kurang pas atau cocok bagi kita. Bahkan bisa-bisa pindah ke mall satu sampai mall lainnya, dengan berkeliling.

Oleh karena itu, jika semakin banyak pilihan baju bagus yang akan kita cari, maka semakin sulit menemukan baju yang kita cari. Sebaliknya semakin sedikit pilihan baju yang kita cari, maka semakin mudah kita menemukan baju yang kita cari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun