Saya meminta Anda menonton sebuah tayangan ini. Hasil wawancara saya bersama siswa MAN 2 Aceh Barat yang lulus di Pendidikan Dokter, Universitas Syiah Kuala melalui jalur SNBP Tahun 2023, dan penerima KIP Kuliah.
Kurikulum yang sekarang dicanangkan memang menuju ke arah merdeka belajar itu sendiri. Namun, wawancara dengan siswa saya ini tak lain 'merdeka belajar' sejak dini dari rumah tangga. Bagaimana seorang Ibu membebaskan anaknya memilih sekolah sejak dini tetapi tetap diarahkan sesuai cita-cita dan masa depan.
Di saat Faizah ingin masuk ke sekolah kejuruan karena kondisi ekonomi keluarga, ia berharap bisa cepat lulus, punya keahlian dan tentu saja langsung bekerja untuk membantu keluarga. Di sisi lain, seorang Ibu punya naluri lain di mana anaknya masuk ke sekolah umum yang nanti mudah kuliah tanpa terkendala jurusan tertentu di SMK sehingga benar nyata ketika lulus undangan.
Kisah ini jauh sebelum merdeka belajar menjadi promosi empuk tahun 2023. Faizah telah lulus MA (SMA) dan sebentar lagi akan duduk manis di bangku Kedokteran. Cerita yang hampir klise ini mengajarkan kita hal terutama merdeka belajar yang tak lain kembali ke anak (bakat dan minat) dengan pendampingan orang tua, bukan pemaksaan harus memilih pelajaran IPA atau IPS.
Merdeka belajar mengubah pola pikir seseorang terhadap masa depan mereka. Proses ini yang semestinya terjadi mulai hari ini. Dengan capaian siswa kami sebagai contoh, dengan kisah lain di ujung Indonesia, kita sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka tersebut sudah selayaknya mengubah sudut pandang kepada masa depan anak.
Kekurangan yang selama ini ada pada pendidik adalah mengajar Fisika, lalu mengurus perangkat pembelajaran. Atau, mengajar Matematika tanpa menggugah ke mana pasar dari pembelajaran tersebut. Mungkin juga, mengajar Bahasa Indonesia sedangkan anak-anak masih terbiasa menggunakan bahasa daerah.
Kapan kita bisa merasakan merdeka belajar jika demikian? Maka, dengan fokus kepada tujuan dari pembelajaran, ada hasil akhir yang ingin dicapai, merdeka belajar tersebut sudah ada pada diri kita bahkan sebelum penerapan Kurikulum Merdeka.
Tugas kita tak lain memoles merdeka belajar lebih dalam. Bagaimana kita mendiskusikan fenomena belajar anak-anak. Bagaimana kita tahu seorang anak punya bakat dan minat ke bidang tertentu. Hal yang tidak biasa kita lakukan ini sudah wajib untuk diterapkan memasuki gerbang merdeka belajar di suatu sekolah.
Pembinaan Merdeka Belajar di Kurikulum MerdekaÂ
Kurikulum terdahulu, diketuk palu, lalu diterapkan begitu saja. Saya akui, kekurangan ini membuat kami di lapangan meraba-raba, tak tentu arah, dan belajar mandiri sesuai kebutuhan. Maka, wajar jika penerapan tidak maksimal dan capaian tidak seperti keinginan pemangku kebijakan.
Nadiem Makarim tampaknya mengubah cara bekerja dalam penerapan sebuah kurikulum. Kurikulum Merdeka yang menitikberatkan merdeka belajar dilempar ke publik untuk dinilai, dipromosikan besar-besaran melalui media sosial, dan tentu yang tak kalah penting adalah sosialisasi ke sekolah dari tingkat dasar sampai tinggi.