Ramadhan sebentar lagi akan mengucapkan salam, namun banyak sekali cerita yang mengukir indahnya bulan ini, terutama di Aceh. Negeri dengan penuh senyum di ujung Sumatera ini selalu menyisihkan kenangan-kenangan manis tiap kali mengaca kepada dirinya. Keberkahan Ramadhan menjadi hal yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Bukan karena Aceh telah menerapkan Syariat Islam tetapi sebelum itu, Ramadhan telah bersenyawa dengan masyarakat secara turun-temurun.
Tiba engkau bertanya tentang Ramadhan di Aceh, maka matamu tidak akan pernah mampu menyuguhkan definisi-definisi yang indah karena mengalir cerita yang sulit dilupakan. Saya memiliki beberapa catatan yang akan engkau kenang sepanjang waktu, bahkan mungkin akan terlarut di dalamnya jika suatu saat menjadi bagian dari kebiasaan di Aceh itu sendiri.Â
Mau tidak mau, engkau akan membiasakan diri dengannya. Tidak harus tetapi wajib akan kebiasaan yang membawa pengaruh besar terhadap engkau jika tidak menaburkan benih untuknya.
Daging meugang, salam pembuka Ramadhan
Dikenal dengan sebutan daging meugang di mana berkilo daging pertama yang dibawa pulang oleh pengantin pria sebelum puasa. Sebagai informasi, sebelum puasa, di Aceh dikenal dengan aktivitas meugang, yaitu makan besar terutama daging. Daging yang dibeli terutama adalah daging sapi atau kerbau. Tiap keluarga seolah wajib membeli daging ini, maka bisa disebut makan daging setahun sekali.
Daging meugang yang wajib dibawa pulang oleh pengantin pria ini sebenarnya bisa berjumlah satu atau dua kilo saja. Namun, belakangan telah membudaya kalau daging meugang yang dibawa pulang itu beberapa kilo bahkan bisa berbentuk kepala kerbau maupun sebelah paha. Bisa dibayangkan berapa harganya dengan kondisi daging kerbau di Aceh tahun ini mencapai Rp 180 ribu per kilo.
Idang untuk Mertua
Idang adalah wadah yang terbuat dari kayu untuk diisi kue-kue lebaran khas Aceh. Adapula yang menggantikan idang dengan kardus dari kayu atau kardus bekas yang dijual di pasaran. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dan karena alasan lain.
Setidaknya, ada dua jalan untuk membawa idang ke mertua atau ke rumah pengantin pria. Satu pilihan adalah sebelum puasa atau saat meugang dan menjelang hari raya. Sebagian pengantin wanita mengantar idang ini menjelang lebaran karena berbagai alasan. Tentu saja, agar kue yang telah dibikin bisa disantap bersama keluarga besar saat lebaran.