Kembali ke pengetahuan dasar, kebersihan sebagian dari iman. Pelajaran tentang ini selalu diulang-ulang di sekolah. Teori yang cukup berhasil namun tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh penerima teori tersebut.
Bersih pada dasarnya berawal dari kehidupan masing-masing. Tampilan luar saja sudah dapat menentukan seseorang bersih atau tidaknya. Pria yang bersih itu cenderung wangi, maskulin dan lebih tepatnya disebut pria metroseksual. Namun, cakupan kebersihan pada dasarnya lebih kepada bagaimana interaksi kita dengan lingkungan. Bersih fisik secara keseluruhan tidak terangkum dengan baik apabila masih memercikkan abu rokok di mana-mana. Bersih dalam artian pria ini disebut ganteng dan gagah, tidak akan loyal apabila masih membuang sampah sembarangan.
Teori boleh berasumsi apa saja. Bersih itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan setelah hari ini. Budaya bersih sebenarnya sederhana. Kita hidup segitu besar dan tinggi, segitu langkah digerak, segitu tangan dapat menjangkau, segitu badan dapat direbahkan, maka segitu pula kita menjaga kebersihan. Kiri, kanan, atas dan bawah adalah sama. Bagaimana saya menjaga sebelah kanan agar tidak tersengat api, begitu pula sebelah kiri harus diamankan. Bagaimana saya menunduk kepala saat masuk ke dalam bangunan rendah, begitu pula bagian bawah akan diangkat tinggi saat licin mendera.
Konteks bersih seakan-akan identik dengan kehidupan yang lebih luas. Di mana saat semua orang membutuhkan, maka saat itu pula kebersihan diperlukan. Awal September, saya diberi kesempatan ke Bali dari berkah menulis. Bersih itu tampaknya telah menjadi kebiasaan masyarakat Bali. Benar tidak secara keseluruhan namun bagian-bagian penting dari Pulau Dewata ini sangat dijaga dengan baik. Kehidupan Bali yang bernyawa selama 24 jam seperti telah menjadi keharusan untuk benar-benar rapi dan lepas dari atribut kotor. Jalan setapak di Bali tidak hanya eksotik dengan pernak-pernik umat Hindu, jalanan ini lepas dari tumpukan sampah bahkan bekas-bekas makanan dan minuman.
Saya berjalan lebih luas ke tempat-tempat wisata seperti Monumen Perjuangan Rakyat Bali di Denpasar, Pura Taman Ayun di Denpasar, Tanah Lot di Tabanan, dan Pura Ulun Danu Bratan di Bedugul. Semua ikon wisata Bali ini menyuguhkan pemandangan yang layak untuk turis domestik dan mancanegara.
Monumen Perjuangan Rakyat Bali di Lapangan Renon, Denpasar, merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang berkenaan dengan pura zaman dahulu. Pemandangan menarik adalah pada saat melihat situasi, kiri dan kanan, semuanya bebas dari semak. Jalan setapak dibuat seperti race untuk jogging tak lain sebagai alur menuju pintu masuk utama dan mengelilingi tempat ini. Kesunyian yang terasa adem tercipta begitu saja dengan kebersihan di sana-sini. Tentu saja, sudut pandang foto dari kamera fotografer profesional akan terasa lebih mengena dibandingkan sudut pandang saya.
Bali layak menjadi salah satu contoh kota bersih. Bersih di Bali menghadirkan senyum berlebih kepada Pesona Indonesia yang sedang diagung-agungkan oleh pemerintah kita. Bali tidak lagi dalam tahap membenah diri tetapi telah masuk ke ranah mempertahankan keelokan yang selama ini telah bernyali.
Bersih yang dipasangkan dengan senyum lebih dari layak untuk memulai hari. Budaya bersih – sekali lagi – tak selalu berkaitan dengan teori sampai penuh halaman buku catatan harian, ucapan dari para pakar, anjuran dari dokter maupun larangan dari pemerintah. Kita buat saja budaya bersih lebih sederhana, di mana kaki dijejak, di situ pula kita menaati segenap aturan. Jika tidak mau memungut sampah orang lain, simpan saja sampah bekas minuman milik sendiri lalu buang pada tempatnya. Sesederhana ini akan membawa pengaruh lebih besar pada kita. Pria yang sebelumnya kurang peka terhadap penampilan, akan rutin memakai minyak rambut dan menyisirnya. Jika sebelumnya mandi lima menit, sekarang lebih dari itu dengan menyabun badan berkali-kali. Dulu tak pernah pakai minyak wangi, saat ini telah wajib menyemprot ke badan agar melekat diterbangkan angin ke indera penciuman orang lain.
Bukankah setelah itu akan tersirat sebuah senyum?
“Oh, abang itu wangi sekali?”
“Abang itu sangat rapi!”
Tentu, orang akan mendekati lalu berkenalan. Mana mungkin kita berdekatan dengan orang tak peduli kebersihan sepanjang hari. Mana mungkin pula kita mendaki gunung mencapai tempat wisata apabila sampai di sana semak belukar yang dilihat. Tubuh kita ibarat tempat wisata. Pintar menjaga, banyak pula yang mendekati. Bersih terlihat, nyaman dikunjungi. Bersih dari diri atau dari orang lain, tinggal kita yang memilihnya!