Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Budaya Bersih Sesederhana Membalik Telapak Tangan

4 Oktober 2016   17:55 Diperbarui: 4 Oktober 2016   17:57 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon rindang dan rumput bersih di Pura Ulun Danu Bratan, Bedugul, Bali - Photo by Bai Ruindra

Kembali ke pengetahuan dasar, kebersihan sebagian dari iman. Pelajaran tentang ini selalu diulang-ulang di sekolah. Teori yang cukup berhasil namun tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh penerima teori tersebut.

Bersih pada dasarnya berawal dari kehidupan masing-masing. Tampilan luar saja sudah dapat menentukan seseorang bersih atau tidaknya. Pria yang bersih itu cenderung wangi, maskulin dan lebih tepatnya disebut pria metroseksual. Namun, cakupan kebersihan pada dasarnya lebih kepada bagaimana interaksi kita dengan lingkungan. Bersih fisik secara keseluruhan tidak terangkum dengan baik apabila masih memercikkan abu rokok di mana-mana. Bersih dalam artian pria ini disebut ganteng dan gagah, tidak akan loyal apabila masih membuang sampah sembarangan.

Teori boleh berasumsi apa saja. Bersih itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan setelah hari ini. Budaya bersih sebenarnya sederhana. Kita hidup segitu besar dan tinggi, segitu langkah digerak, segitu tangan dapat menjangkau, segitu badan dapat direbahkan, maka segitu pula kita menjaga kebersihan. Kiri, kanan, atas dan bawah adalah sama. Bagaimana saya menjaga sebelah kanan agar tidak tersengat api, begitu pula sebelah kiri harus diamankan. Bagaimana saya menunduk kepala saat masuk ke dalam bangunan rendah, begitu pula bagian bawah akan diangkat tinggi saat licin mendera.

Konteks bersih seakan-akan identik dengan kehidupan yang lebih luas. Di mana saat semua orang membutuhkan, maka saat itu pula kebersihan diperlukan. Awal September, saya diberi kesempatan ke Bali dari berkah menulis. Bersih itu tampaknya telah menjadi kebiasaan masyarakat Bali. Benar tidak secara keseluruhan namun bagian-bagian penting dari Pulau Dewata ini sangat dijaga dengan baik. Kehidupan Bali yang bernyawa selama 24 jam seperti telah menjadi keharusan untuk benar-benar rapi dan lepas dari atribut kotor. Jalan setapak di Bali tidak hanya eksotik dengan pernak-pernik umat Hindu, jalanan ini lepas dari tumpukan sampah bahkan bekas-bekas makanan dan minuman.

Saya berjalan lebih luas ke tempat-tempat wisata seperti Monumen Perjuangan Rakyat Bali di Denpasar, Pura Taman Ayun di Denpasar, Tanah Lot di Tabanan, dan Pura Ulun Danu Bratan di Bedugul. Semua ikon wisata Bali ini menyuguhkan pemandangan yang layak untuk turis domestik dan mancanegara.

Monumen Perjuangan Rakyat Bali di Lapangan Renon, Denpasar, merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang berkenaan dengan pura zaman dahulu. Pemandangan menarik adalah pada saat melihat situasi, kiri dan kanan, semuanya bebas dari semak. Jalan setapak dibuat seperti race untuk jogging tak lain sebagai alur menuju pintu masuk utama dan mengelilingi tempat ini. Kesunyian yang terasa adem tercipta begitu saja dengan kebersihan di sana-sini. Tentu saja, sudut pandang foto dari kamera fotografer profesional akan terasa lebih mengena dibandingkan sudut pandang saya.

Monumen Rakyat Bali di Denpasar - Photo by Bai Ruindra
Monumen Rakyat Bali di Denpasar - Photo by Bai Ruindra
Pura Taman Ayun di Denpasar merupakan salah satu tempat wisata yang secara terang-terangan memasang anjuran tentang kebersihan. Di tengah-tengah lapangan rumput, terdapat kalimat larangan untuk tidak berjalan atau menginjakkan kaki ke atas rumput. Turis yang datang tampak patuh dan larut dalam keheningan di tempat wisata ini. Pura Taman Ayun menjadi salah satu tempat wisata yang sunyi dan bersih menurut saya secara pribadi. Keheningan yang tercipta sama dengan pesona umat Hindu yang sedang beribadah di sana.

Anjuran tidak menginjak rumput di Pura Taman Ayun, Denpasar, Bali - Photo by Bai Ruindra
Anjuran tidak menginjak rumput di Pura Taman Ayun, Denpasar, Bali - Photo by Bai Ruindra
Turis mematuhi dengan berjalan di jalur yang telah di sediakan di Pura Taman Ayun, Denpasar, Bali - Photo by Bai Ruindra
Turis mematuhi dengan berjalan di jalur yang telah di sediakan di Pura Taman Ayun, Denpasar, Bali - Photo by Bai Ruindra
Tanah Lot di Tabanan menjadi tempat menarik dengan ombak dan pura yang menjurus ke lautan lepas. Saya kemudian salut dengan keadaan di Tanah Lot karena semua orang menjaga kebersihan diri sendiri, terutama tidak membuang sampah sembarangan. Banyak orang duduk di atas rumput, menghadap ke matahari terbenam, namun tetap membungkus bekas makanan lalu membuangnya pada tempat sampah yang tersedia.

Suasana di Tanah Lot menjelang sunset, turis tetap menjaga kebersihan lingkungan - Photo by Bai Ruindra
Suasana di Tanah Lot menjelang sunset, turis tetap menjaga kebersihan lingkungan - Photo by Bai Ruindra
Pura Ulun Danu Bratan di Bedugul tidak hanya layak sebagai ikon uang lima puluh ribu rupiah saja. Perawatan yang diberikan kepada tempat wisata di Danau Bratan ini cukup berlebih. Jalan setapak yang diciptakan untuk turis menjejak ke pura-pura di sana, disuguhi pula dengan taman bunga, patung-patung dan pohon-pohon rindang. Bersih di sini tidak mungkin membuat turis cemberut. Saya saja lebih banyak senyum, takjub dengan kemantapan Bali dalam menghidangkan santapan istimewa kepada turis.

Jalan setapak di Ulun Danu Bratan, Bedugul - Photo by Bai Ruindra
Jalan setapak di Ulun Danu Bratan, Bedugul - Photo by Bai Ruindra
Pohon rindang dan rumput bersih di Pura Ulun Danu Bratan, Bedugul, Bali - Photo by Bai Ruindra
Pohon rindang dan rumput bersih di Pura Ulun Danu Bratan, Bedugul, Bali - Photo by Bai Ruindra
Lingkungan yang bersih membuat Pura Ulun Danu Bratan nyaman dikunjungi - Photo by Bai Ruindra
Lingkungan yang bersih membuat Pura Ulun Danu Bratan nyaman dikunjungi - Photo by Bai Ruindra
Kawasan elit, Nusa Dua, terkesan memang istimewa. Jalanan yang sepi, kendaraan yang melintas satu dua, perlahan-lahan mengelilingi kota, hotel-hotel bintang lima, taman bunga yang ditata rapi, pepohonan rindang, benar bahwa kawasan ini seperti kompleks perumahan mewah. Setiap apa yang terlihat di Nusa Dua tak ada notifikasi untuk mengatakan kotor. Entah bagaimana merawat kawasan luas ini namun saya mendapatkan ketenangan setiap mengitari jalanan di sana. Bersihnya seakan sampai ke ubun-ubun. Tenangnya merasuk ke dalam jiwa. Nyamannya juga terasa menggelora.

Jalan sepi di Nusa Dua, Bali - Photo by Bai Ruindra
Jalan sepi di Nusa Dua, Bali - Photo by Bai Ruindra
Nusa Dua Bali yang bersih dan modern - Photo by Bai Ruindra
Nusa Dua Bali yang bersih dan modern - Photo by Bai Ruindra
Apa yang penting dari semua kisah ini? Budaya bersih tidak hanya milik tempat-tempat wisata semata. Tempat wisata yang ramai dikunjungi secara tidak disengaja telah menumbuhkan jiwa bersih. Tempat-tempat wisata di Bali mengajarkan saya banyak sekali persoalan bersih-bersih diri. Tak ada pandangan yang saya tujukan kepada mereka yang merengut. Semua tersenyum sesuai definisi masing-masing, bahagia seadanya dan lelah sekiranya karena berjalan jauh, mengantri foto dan menikmati keindahan yang telah disuguhi Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun