Mau tidak mau kami mencari celah untuk menjadi penjawab terbaik sesuai kemampuan dan daya tangkap mereka di usia remaja. Sepuluh dari kami biasanya dibagi lima kelompok, satu kelompok 2 orang untuk satu kelas. Manakala sekolah memberi ruangan dalam skala besar, kami akan ditugaskan semua.
Di program radio ini pula banyak kasus ditemukan karena siapa saja bebas menelepon dan mengirimkan pesan singkat. Curhatan remaja yang pernah aborsi, diperkosa pacar sendiri, memakai narkoba, kekerasan selama pacaran, bahkan keputihan dan pola menstruasi tidak teratur menjadi pertanyaan yang kerap sekali butuh jawaban segera selama on air yang berdurasi dua jam. Di akhir program tiap Rabu siang itu, kami menganjurkan untuk datang langsung ke kantor PKBI dan bertemu dengan fasilitator remaja, yaitu kami bagian dari CMPP-PKBI Aceh.
Remaja yang berani dan tidak sanggup lagi dengan permasalahan mereka, datang menemui kami. Kapasitas kami sebagai fasilitator hanya bisa mendengar curahan hati mereka, tidak sampai ke solusi terbaik seperti psikolog atau dokter. Mereka yang datang lebih nyaman berbagi kepada kami karena dianggap teman sebaya dan bahkan tidak memberikan resep obat sehingga mereka dipenuhi perasaan galau.
Belum lagi berbicara konsultasi ke psikolog dan dokter yang tidak membuat mereka nyaman, salah-salah identitas mereka terbongkar dan tercium oleh teman lain dan orang tua. Sedikit saja tercium oleh orang tua maka petaka setelah itu akan lebih besar daripada menerima penyembuhan dari psikolog atau dokter. Didengar secuil oleh teman mereka, bully akan datang lebih dahsyat dari bencana alam untuk ukuran hati mereka yang masih labil. Hal terakhir tentu saja masalah dana, konsultasi ke psikolog dan dokter membutuhkan biaya cukup besar untuk mereka yang belum bekerja.
Salah satu contoh, kami pernah didatangi remaja putri karena mendapat kekerasan dari pacarnya, ada pula yang datang karena telah berhubungan layaknya suami istri dengan pasangannya dan bingung bagaimana lepas dari masalah tersebut, dan yang paling ringan karena masalah keputihan. Kami mendengar, memberikan sedikit masukan untuk mereka melakukan tindakan dan dapat keluar dengan sendirinya dari masalah yang dihadapi. Semua yang mereka dapatkan dari kami itu gratis dan terjamin kerahasiaannya.
“Ganti pakaian dalam 3x sehari,” begitu tegas kami. Dengan kata lain, sehari harus mandi minimal 3x jika memungkinkan. Jika tidak memungkinkan artinya sehari 2x saja.
Remaja putri yang tidak ke dokter karena takut diberikan obat, kemudian datang kembali ke kami setelah sembuh dari keputihan yang dideritanya. Ganti pakaian dalam sehari 3x atau 2x ternyata merupakan obat mujarab untuk mencegah dan menyembuhkan keputihan. Keputihan memang penyakit di luar tetapi apabila masuk ke dalam bisa menimbulkan penyakit yang lebih kronis seperti kanker rahim dan sejenisnya. Kami memang tidak sampai menganalisis sejauh itu, kami hanya memberikan arahan jika gatal-gatal dan mengalami bercak putih maka ikuti petunjuk di atas.
Remaja di tingkat usia mereka merupakan personal yang butuh bimbingan dan arahan sehingga apa yang dikerjakan memiliki dampak signifikan. Emosi remaja yang masih meluap-luap tak lantas dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan kepala dingin. Persoalan menstruasi bisa saja menjadi masalah lain apabila remaja putri tidak paham atau belum mendapatkan masukan bagaimana membersihkannya. Kami pernah mendapatkan seorang remaja putri menggunakan handuk kecil sebagai pembalut dan tidak mencucinya seharian. Bayangkan saja apa yang terjadi apabila ini terus terjadi. Pembalut saat menstruasi sejatinya harus diganti dalam minimal 3x hari, lebih banyak lebih baik. Pembalut yang telah dipakai harus dibuang bukan pula dicuci seperti kasus remaja putri di atas dan menggunakannya kembali.
Kepercayaan diri remaja akan sangat terganggu karena masalah kesehatan reproduksi. Mental mereka diadu dengan perang batin teramat panjang agar dapat keluar dari masalah dan segera hidup bahagia bersama pacar unyu-unyu. Remaja putri yang terlanjur mengidap keputihan, malu untuk berinteraksi dengan teman bahkan enggan berdekatan dengan gebetan. Kisah berikutnya adalah kegalauan tak berujung dan menyendiri sehingga masalah yang muncul kian menumpuk. Remaja yang demikian perlu diselamatkan agar mental mereka kembali ke tingkat tinggi, melayang bersama semangat juang dalam meraih mimpi dan angan-angan.