Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pantaskah Harga Gula Pasir Naik Jelang Idul Fitri?

3 Juli 2016   05:57 Diperbarui: 3 Juli 2016   11:23 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada siapa kemudian mereka mengadu? Hanya wartawan yang datang silih berganti meliput berita. Berita tayang di mana-mana. Rakyat kecil menonton dirinya sendiri dengan bangga telah masuk televisi. Tetapi di sudut hati yang lain, rakyat kecil mengeluh, suaranya hanya untuk sebuah tayangan, untuk kebutuhan siar, untuk dipertontonkan tetapi bukan untuk mengambil kesimpulan.

Berapa banyak tayangan dan berapa orang narasumber yang telah bersuara. Di Sumatera, di Jawa, di Kalimantan, di mana-mana. Beda suara tetapi satu tujuan, keluhan saja, sambil tertawa tertahan, mendesah penuh harap, merayu dalam iba, lepas dari tayangan begitu itu nama mereka diabadikan sebagai orang yang pernah masuk televisi oleh orang-orang sekampung.

Adakah petisi saat gula naik? Berapa yang akan tanda tangan petisi tentang sembako naik? Apakah akan ada orang baik hati untuk menggalang dana dalam rangka menyejahterakan rakyat kecil yang berjumlah jutaan di negeri ini? Akankah terkumpul dana sampai ratusan juta? Apakah mengorbankan satu orang lebih baik dari orang banyak?

Harga gula telah naik seminggu lalu. Harga sembako lain bahkan telah naik di awal Ramadan. Tak ada petisi. Tak ada aksi galang dana. Tak ada isu bahwa ini bencana nasional. Tak ada aksi tanggap darurat. Tak ada penyelesaian karena ini bukan bencana alam yang menimbulkan kelaparan, walaupun di dapur rakyat kecil hanya ada bongkahan lantai dari tanah tak bisa dijadikan makanan halal. Cuma tersisa soalan harga sapi yang menanjak menyengsarakan rakyat di kelas mereka yang sanggup beli daging saja, itu yang kemudian dicari solusi terbaik dan sebaik-baiknya. Hanya ada kisah anak pejabat ke luar negeri dengan fasilitas negara dan memamerkan keangkuhan yang ada di dalam diri mereka.

Bagaimana dengan kami rakyat kecil ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun