Jangan lupa. Valentine itu bukan siapa-siapa. Bukan hari besar Islam atau nasional. Bukan tanggal merah. Bukan libur khusus. Bukanlah tameng untuk berkasih sayang. Valentine tak lain isu dunia barat yang masuk ke timur karena kesalahan fatal berkasih sayang pada masa itu. Saya tak mau menyebutkan nama karena akan memperkeruh suasana. Tinggal ingat saja bahwa Valentine itu bukanlah sesuatu yang lebih menarik dibandingkan yang lain.
Amankah Aceh setelah Illiza melarang Valentine? Tentu saja tidak. Orang-orang makin tahu isu ini ada di dunia. Masyarakat kian santer menyorot keberadaan Valentine di Aceh. Padahal anak muda Aceh teramat sibuk ngopi dengan berbagai tugas kuliah ataupun bisnis mereka. Ada yang berduaan dikatakan merayakan Valentine, barangkali sejak dulu memang selalu menghabiskan waktu untuk itu!
Tribut Valentine yang ditakutkan Illiza tampaknya tak pernah ada di Aceh. Umumnya Valentine itu identik dengan cokelat, sayangnya makanan ini banyak dijual di mana-mana. Anak muda Aceh memberikan cokelat sebagai kado spesial Valentine ke pasangannya, kelihatannya mereka lebih sibuk menatap gadget di warung kopi.
Â
Lalu siapa yang merayakan Valentine? Siapa yang menshare Valentine sehingga trending topic di Aceh?
Jam malam yang berlaku di Banda Aceh menjawab siapa yang merayakannya. Layar besar di warung kopi menjawab siapa yang merayakannya. Warung kopi yang buka 24 jam menjawab siapa yang duduk di sana.
Jika ragu dan bimbang, datanglah ke Aceh dan lihat apa yang terjadi. Lepas jam 10 malam kaum perempuan telah berada di rumah; kecuali karena sebab akibat masih di jalan raya. Layar besar memperlihatkan pemain bola dunia menendang paha lawan sebelum mencetak gol. Laptop menyala sampai panas dengan tugas bahkan game online.
Whatever! Mau Valentine, mau kasih sayang, mau Illiza melarang. Aceh ya begini adanya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H