Siapa yang merayakan Valentine di Aceh?
Pada umumnya, masyarakat Aceh tak tahu-menahu soal perayaan hari merah jambu ini. Tak pernah ada perayaan Valentine di Aceh, sejak dulu dan kini. Masyarakat Aceh bahkan buta sekali soal perayaan hari yang dinamakan kasih sayang tersebut. Tiap hari adalah kasih sayang. Tiap hari adalah waktu untuk berbagi kebaikan. Tiap hari adalah ngopi di warung kopi. Cang panah adalah istilah terkeren untuk bicara ngalor-ngilur dalam rangka menghabiskan waktu.
Valentine selalu dikaitkan dengan seks bebas. Tujuan Illiza menyerukan untuk stop perayaan Valentine adalah menghindarkan anak-anak muda Aceh yang sedang dimabuk asmara agar tidak melakukan seks sebelum nikah.
Apa yang harus dihentikan? Anak muda Aceh tidak merayakannya kok!
Jika ditinjau lebih dalam lagi, tidak hanya di hari Valentine saja seks sebelum nikah marak dilakukan. Di salah satu sekolah pelosok – misalnya yang jauh dari hingar-bingar kehidupan malam – tempat saya pernah duduk manis sebentar di sana sebagai guru, bahkan tiap tahun ada saja siswi yang hamil. Bukan di hari Valentine mereka melakukan seks tersebut apabila ditakar usia kehamilannya. Mereka pun tak pernah tahu soal Valentine karena kasih sayang bagi mereka adalah saat bersama kekasih tercinta. Apapun akan diberikan untuk kekasih karena itulah kasih sayang. Lepas dari itu ada yang ditinggal pergi, adapula yang terpaksa menikah dini.
Kasus seperti ini sering sekali terjadi, tidak hanya di depan mata saya. Di mana-mana ada kok anak muda yang tak rela melepas masa muda mereka tanpa seks. Pengaruh internet dan televisi cukup rentan terhadap anak muda untuk menyegerakan seks karena itu sebuah budaya yang patut ditiru dari sebuah tontonan maupun pemberitaan. Lagi-lagi tak cuma di hari Valentine!
Anak muda Aceh yang sibuk internet gratis di warung kopi ikut terlibat dalam diskusi yang dimulai oleh Illiza Sa’aduddin Jamal, Wali Kota Banda Aceh. Media massa cetak dan online memberitakan isu ini sampai ke ranah internasional sehingga berita ini mudah diakses. Share media sosial seperti Facebook dan Twitter telah meledakkan BOM bunuh diri dari Illiza karena semakin dielu-elukan Valentine Haram semakin diburu beritanya oleh anak muda.
Sadarlah bahwa Aceh tak pernah merayakan hari kasih sayang ini!
Jika ada yang berkhalwat itu hanya karena waktu yang pas dengan hari yang ditentukan sebagai Valentine. Di hari lain bahkan lebih gila untuk mereka yang suka berduaan di tempat remang, memadu kasih tanpa perlu takut kena razia. Hari Valentine akan dirazia pasangan-pasangan belum menikah, tampaknya di hari-hari setelah itu akan ada gunung es yang siap membeku di Aceh. Tak mudah memecahkannya. Tak gampang menghalaunya ke luar dari Aceh. Anak muda kini telah peka sekali terhadap waktu, Valentine di larang maka hari lain adalah untuk balas dendam!
Akhirnya, hamil duluan menjadi aib keluarga dan dirinya sendiri. Salah siapa? Bukan hari Valentine. Bukan Aceh. Hanya waktu yang mengarahkan keinginan untuk melakukannya. Soal Valentine itu semakin sering dibicarakan semakin banyak orang mengetahuinya. Semakin sering dikatakan haram, semakin enak diselami. Toh, orang lebih suka mencari yang dilarang daripada yang benar.
Keputusan Illiza melarang perayaan Valentine tepat sekali. Namun adakah yang merayakannya di Aceh? Siapa? Kapan? Bagaimana?