Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wa Din

2 Oktober 2015   20:23 Diperbarui: 2 Oktober 2015   20:23 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

***

Bermula di sini. Hujan lebat. Badai menyapu atap rumbia rumah mereka. Langit semakin gelap. Derasnya hujan meluncur tanpa penghalang ke dalam rumah petak dua kamar, beralas semen kasar, dinding kayu sudah bolong-bolong di makan rayap, dan atap rumbia yang sudah berubah warna kecoklatan tua!

 Wa Din hanya mempunyai seorang putra. Jamhur. Putra yang sudah sangat lama ia tunggu. Menikah di umur dua puluh satu, baru di umur dua tujuh istrinya mengandung. Penantian panjang baginya yang gagah di masa muda. Badanya tegap. Dadanya bidang. Rahangnya kokoh. Kakinya kuat. Bahunya sanggup memikul beban berat. Lelaki jantan adalah dirinya di masa muda!

Menikah saat umur masih muda, tak lain tujuannya agar keturunannya banyak. Namun harapannya kian menipis saat usia perkawinan semakin berjalan cepat. Istrinya tak juga mengandung. Berbagai upaya dilakukan Wa Din muda. Tak juga berbuah hasil. Baru saat kepasrahan hingga putus asa melanda, ia menerima kabar istrinya hamil.

Antara senang dan terharu, Wa Din menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut anak pertamanya di usia pernikahan ke enam tahun. Penantian yang sungguh lama, temannya yang lain baru dua bulan menikah langsung menerima kabar bahagia itu.

Wa Din tak mau ambil pusing lagi. Ia tetap bahagia. Harapan sudah terbuka, umurnya pun masih muda. Anak pertama lahir, ia akan bertempur lagi agar anak kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, sampai selusin pun akan ada untuk menemani hidupnya!

Wa Din sumringah. Anak pertamanya putra, diberi nama Jamhur. Jamhur terus berkembang menjadi laki-laki gagah seperti dirinya. Tahun-tahun terlewati, istrinya tak juga mengandung lagi. Usia jamhur tak lagi muda, saat usia putranya di usia yang sama saat ia menikah, Wa Din sadar bahwa ia tak akan punya harapan mempunyai keturunan lagi.

Pada usia itu pula, Jamhur berubah. Bertingkah aneh. Merengek. Merajuk. Merayu. Mendayu. Dan lupa pada si tua Wa Din!

Inilah saatnya, hujan masih lebat, angin masih kencang. Sesekali petir. Menyetrum dan menyayat hati Wa Din yang terduduk diam ditemani istri yang sama renta seperti dirinya.

Jamhur mulai membentak!

Wa Din terdiam. Antara petir dan kilat seakan suara Jamhur masih bayi, seperti isak tangis. Wa Din tak punya harta lain selain Jamhur. Dia satu-satunya pertama yang dikasih Tuhan untuk dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun