[caption id="attachment_285480" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption]
Runtuhnya kejayaan Nokia memang mengejutkan ranah teknologi, hal ini dengan alasan kekuatan Nokia yang diramalkan terus menjadi nomor satu di lingkungan pasar global. Nyatanya kekuasaan pabrikan asal Finlandia ini hancur lebur saat tak mampu bersaing dengan kompetitor yang kian gesit. Nokia yang dulunya sangat inovatif dan kreatif tidak berdaya saat diserang oleh kompetitor yang semakin genit.
Para kompetitor yang sudah menghancurkan impian Nokia menguasai dunia perangkat teknologi antara lain dari Apple dengan iPhone, Google dengan Android yang dikandangi vendor besar seperti Samsung, LG, HTC, Sony, Huawei atau Oppo yang kini semarak meramaikan pasar dengan produk lebih inovatif dan terampil serta harga terjangkau.
Terlambatkah Nokia bergerak melawan para kompetitor? Benar. Nokia sudah salah langkah, menerima dikte dari Microsoft yang sudah dari awal ingin menguasai Nokia secara keseluruhan. Keputusan menyakitkan bagi Nokia saat diakuisisi oleh Microsoft karena mereka akan mampu bersaing dengan vendor lain jika tidak tertahan dengan satu software saja.
Nokia merupakan sebuah merek yang akan dibeli oleh pelanggan walau dalam gelap gulita. Nama besar Nokia sudah membumbung tinggi sampai ke pelosok. Tak ada orang yang tidak kenal merek ponsel Nokia, biarpun sampai sekarang Nokia sedang sekarat. Kesalahan Nokia karena ego mereka tidak ikuti perkembangan zaman. Pertama, masih mempertahankan model ponsel yang sangat tidak inovatif sebelum berbalik arah semenjak kompetitor punya kreasi hebat, kedua harga ponsel yang relatif mahal dibanding vendor lain yang kualitasnya sama, ketiga Nokia enggan menggunakan Android yang notabene salah satu operasi yang “indah” saat ini dibandingkan Window Phone. Kenapa demikian? Ada beberapa alasan kenapa Android sangat banyak digunakan, selain nama besar Google tentu saja cara mengoperasikannya serta tampilannya tidak serumit Window Phone. Operasi ponsel milik Microsoft tidaklah semenarik Android yang “murah” meriah dalam berbagai hal, serta para developer yang cenderung percaya Google dibandingkan Microsoft.
Akhirnya Nokia jatuh ke tangan Microsoft, memang itu yang diinginkan raksasa teknologi tersebut. Microsoft tidak usah repot-repot menciptakan merek ponsel mereka bahkan tablet dengan memulai dari awal. Dengan nama besar Nokia, Microsoft bisa berkreasi seelok mungkin untuk menarik pangsa pasar. Intinya, jika Window Phone masih di posisi sekarang, akan sangat jauh ditinggal oleh Android yang semakin menggila. Alasannya, Window Phone hanya boleh mengubah apa pun atas keinginan Microsoft semata, termasuk tampilan kotak-kotak yang sangat ribet. Sedangkan Android cenderung memberi kebebasan kepada vendor untuk berkreasi, lihat saja HTC dengan HTC One yang sangat spektakuler, hanya saja cara HTC yang salah dalam menjual produk mereka yang terlalu mahal dan kurangnya promosi.
Nokia akan tinggal nama, ponsel yang sangat terkenal itu akan menjadi milik Microsoft. Yang tahu hal ini tentu kita yang sering menggali informasi tentang teknologi, sedangkan masyarakat awam yang hanya pemakai saja tentu tidak akan mengetahui bahwa Nokia sudah jadi anak didik Microsoft yang penurut.
Keegoisan Nokia tertular pada BlackBerry yang sombong dan angkuh akan produk mereka, sampai sekarang ternyata dapat digilas habis-habisan oleh vendor Asia terutama Samsung, LG, HTC, Sony maupun merek Cina seperti Huawei, Oppo dan konco-konconya yang menghadirkan ponsel berkualitas dengan harga di bawah BlackBerry. Nama besar BlackBerry hanya akan tinggal nama saja bahkan sampai kapan pun, walau masih ada perusahaan yang akan mengakuisisi mereka. Blackberry sangat besar membuat kesalahan sehingga konsumen lari dan developer kabur tunggang langgang karena ulah mereka. Apalagi kalau bukan sikap BlackBerry yang sangat tidak percaya bahwa vendor lain akan meninggalkan mereka. Saat BlackBerry menghadirkan ponsel biasa-biasa saja dengan harga selangit, vendor asal Asia malah menghadirkan ponsel Android kelas atas dengan harga terjangkau. Belum lagi isu BlackBerry Messanger yang akan terjun bebas ke Android. Bukan hanya masalah aplikasi chatting saja yang berpengaruh, karena aplikasi chatting sekarang yang populer bukan lagi milik BlackBerry melainkan WhatsApp, Line, KakaoTalk, maupun WeChat.
Nokia masih untung Microsoft mengambil mereka, dengan begitu Nokia masih bisa mempertahankan nama besar mereka walau dibayang-bayang Microsoft. Belum tahu ke depan apakah Microsoft akan mengganti nama, jika hal ini terjadi Microsoft kembali akan gigit jari. Dan BlackBerry? Nama besar mereka bahkan sudah sangat layu kini. Nasibnya tak akan berubah walau BlackBerry 10 hadir dengan inovasi yang tak ubah dari yang dulu, artinya belum mampu bersaing dengan Android dan tentu saja ponselnya kalah jauh dibandingkan Samsung, HTC, Sony dan lain-lain yang sangat menggempur pasar smartphone dengan berbagai pilihan, spesifikasi tinggi dan harga terjangkau.
BlackBerry juga katanya akan dijual, siapakah yang akan membeli perusahaan ini? Apakah BlackBerry akan mengikuti jejak Nokia? Untuk pertanyaan kedua, jawabannya tentu tidak karena nama BlackBerry tidaklah sebesar Nokia. Nokia masih akan dikenang, BlackBerry?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H