Aku pun tiada pernah membencimu. Yang sedang aku rasa adalah kesedihan yang mendalam. Andai engkau tahu.
Kesedihan yang bagaimana yang datang, ketika engkau menuliskan berita dagumu mulai berketar. Tanganmu dingin, dan juga gemetar. Bibirmu mulai tergigit, lantas air mata jatuh tanpa tahu kapan dia akan usai. Dan gemuruh di dadamu begitu bertalu. Engkau merasakan panas yang sangat. Hatimu seperti terbakar api yang engkau pun tidak tahu entah bagaimana cara memadamkannya.
Aku menunggumu di sini. Dengan cinta dan rindu yang masih sama. Untuk mendengarkan sebuah kabar, bahwa engkau ingin kembali diganggu. Aku menunggu. Sembari, mencoba: MENAWARKAN KESEDIHAN.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI