Aku pun tiada pernah membencimu. Yang sedang aku rasa adalah kesedihan yang mendalam. Andai engkau tahu.
Kesedihan yang bagaimana yang datang, ketika engkau menuliskan berita dagumu mulai berketar. Tanganmu dingin, dan juga gemetar. Bibirmu mulai tergigit, lantas air mata jatuh tanpa tahu kapan dia akan usai. Dan gemuruh di dadamu begitu bertalu. Engkau merasakan panas yang sangat. Hatimu seperti terbakar api yang engkau pun tidak tahu entah bagaimana cara memadamkannya.
Aku menunggumu di sini. Dengan cinta dan rindu yang masih sama. Untuk mendengarkan sebuah kabar, bahwa engkau ingin kembali diganggu. Aku menunggu. Sembari, mencoba: MENAWARKAN KESEDIHAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H