Tak mengapa hatiku pecah terburai tak lagi kenal arah. Tak mengapa bila aku bukanlah pria yang pantas. Namun jangan engkau ajari aku untuk mengingkari hati ini, bahwa dia memiliki rasa yang begitu membuncah.
Jangan hakimi aku untuk rasa yang aku pun tidak paham darimana dia berasal. Apakah dari hasil pembicaraan-pembicaraan kita? Ataukah hasil dari diskusi-diskusi sekena yang tak berujung-pangkal. Ataukah dari suara-suara yang saling terikat di udara. Aku tak paham dari mana dia mengambil langkah lantas kemudian tiba-tiba ada yang tak kutahu darimana dia berlari entah dari berbagai arah.
Aku rindu. Apa engkau tahu?
Aku mencintaimu dengan buta. Tak pernah kutatap wajahmu seperti apa. Aku cuma tahu hati ini akan bergetar jika namamu tersebut. Aku cuma tahu bahwa dia tidak juga alpa melantun dalam doa-doaku. Namamu mengalir seperti aliran darah yang mengalir mengisi hidupku.
Menakar rindu, namun tak pernah kunjung usai. Terus menderai, tak jua dia mereda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI