Mohon tunggu...
baiq herlina. HR
baiq herlina. HR Mohon Tunggu... -

orang yg takut miskin ilmu dan tidak takut menjadi besar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Permasalahan Ekonomi

18 November 2014   16:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:31 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam doa aku selalu memanjatkan harapan agar orang yang selama ini yang menjadi penyempurna   dalam hidupku bisa diterima oleh pihak keluarga lebih-lebih dengan kedua orangtuaku. Tapi sampai sekarang aku masih belum menemukan jawaban atas keresahan hati ini kenapa orang tuaku tidak pernah menyetujui hubungan kami? Apa yang salah padanya ? aku yakin dia bisa membahagiakan aku.

“ma, aku sangat mencintai mas haris, dan aku sudah yakin dia bisa membahgiakan aku tapi kenapa sampai sekarang mama masih belum merestui hubungan kami?” kataku sambil penuh harap.

“andin kamu harus tau nak, antara kamu sama dia itu jauh beda, kalau masalah usia mama tidak mempermasalahknnya meskipun dia jauh lebih tua dari kamu tapi kamu lihat sendiri kehidupan haris itu seperti apa? Dia mau menghidupi kebutuhan kamu make apa? “kata mama dengan penuh emosi”.

Diantara hubungan kami mamalah yang paling tidak setuju dengan hubungan kami. Mama bilang hanya karena permasalahan ekonomilah yang menyebabkan hubungan kami ini tidak direstui padahal aku sudah ngomong berkali-kali padanya mas haris itu orangnya cerdas apalagi dalam permasalahan politik dia itu memang berbakat, meskipun pekerjaanya hanya di kantor pajak tapi dalam dunia politik memang dia itu luar biasa.

Usia kami jauh berbeda tapi dengan kedewasaanya aku menemukan kedamaian bersamanya. Tapi mas haris akan terus berusaha dan bekerja keras untuk mendapatkan ku dengan restu kedua orang tuaku termasuk mama. Mas haris aku yakin mas pasti bias melakukan itu semua dan kita akan hidup bersama sampai ajal menjemput.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun