Untuk mengembalikan peradaban besar dengan A saja tidak cukup, hanya terpatok pada B pun apalagi. Artinya, fulan tidak boleh meremehkan perjuangan fulanah ssbagaimana fulanah sebaiknya tidak menganggap remeh perjuangan fulan.
Ada yang berjuang dengan amalan khoiriyah, selama tidak mengganggu perjuanganmu, dukunglah.
Ada yang berjuang dengan menggempur roda pemikiran ataupun melakukan negosiasi-negosiasi politik, jangan dulu dipandang sebelah mata.
Setiap prajurit bermain di posisinya, dan soal hasil biarkan proses yang menentukan. Sebab islam tidak hanya didirikan oleh para pemikir, melainkan tegak bersama para pakar dagang dan tidak terlewat di belakangnya ada peran-peran para ummahat yang hanya diam di rumah.
Maka, setiap bidak memainkan peranan. Jangan saling senggol, pun tak perlu saling meremehkan perjuangan yang tak sama.
Oh ya, mungkin kita lupa. Posisi Abu Tholib yang masih kafir di dalam parlemen Quraisy, rupanya ampuh mencegah para petinggi Mekkah untuk menghabisi Muhammad. Pun dengan bergaulnya Nabi bersama pemuda Arab Ajami di tengah medan, membuat pandangan masyarakat mulai lebih luwes terhadap islam.
Titik poin yang paling dibutuhkan, asal jangan sampai menciderai nilai islam dengan perjuanganmu. Bagaimanapun, islam tetap suci sementara pejuangnya belum tentu.
Kita, hanya sekumpulan pribadi yang masih terus belajar untuk mencari formula terbaik dari setiap perjalanan menuju syurga.
Semangat berjuang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H