Kepemimpinan Nabi jadi sorotan sejak ia dalam rahim Aminah. Kedudukan tinggi Muhammad, menghantarkan pada proses hidup yang serba terarah. Masa kecil menggembala kambing, saat remaja diperjalankan ke Syam untuk memperdagangkan harta Khadijah. Mulailah Nabi mendewasa, risalahnya membuat seluruh manusia memandang ia lebih bermaruah.
Muhammad kecil, tumbuh dalam pengasuhan Halimah yang melihat dari kehadirannya itu banyak berkah. Bersama Ibu dan Kakeknya, Rasulullah diperlakukan dengan keutamaan berlebih. Sampai ia dipelihara Abu Thalib, yang dalam penjagaannya Nabi dipersunting Ummu Khadijah. Indahlah kehidupan keduanya dalam balutan perjuangan, lillaah dan fillaah.
Pendeta Nashrani, Rahib Buhaira dan Nasthura menuturkan dengan keyakinan tinggi akan KeNabian Rasulullah. Paranormal Lahb juga menyertai kepercayaan semua penduduk Arab, bahwa Muhammad kelak menduduki kepemimpinan tertinggi di tengah Mekkah. Dan napak tilas Nabi bukan sekedar lewat pembicaraan, melainkan penuh pembuktian tak terbantah. Akhirnya semua sepakat, Muhammad adalah Nabi sekaligus pemimpin baru bagi kaumnya di tengah krisis yang kian membuncah.
Kepemimpinan Muhammad sudah dipersiapkan sejak ia dalam rahim Aminah. Melalui kesadaran dan ketakjuban orang lain, menambah yakin orang-orang di sekitar Rasulullah. Bahkan saat berbagai kabilah sedang membangun ulang Ka'bah, Muhammad tampil memberi solusi bagi konflik yang diperseterukan banyak kabilah. Jika gara-gara memperebutkan peletakan hajar aswad mereka berselisih, Muhammad datang sebagai penengah. "Sekarang masing-masing suku memegang ujung sorban, selanjutnya kita angkat bersama-sama" perintah Rasulullah, maka selesailah masalah.
Semua mata menyorotnya, bersepakat untuk kagum dan hormat pada kepemimpinan Muhammad yang menambah teduh.
"Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu."
Lantas, apakah para pemimpin sekarang layak mendapat simpati ummah? Sedang lisannya berbohong, perangainya bertentangan dengan syariah. Bahkan mereka bersekutu memerangi islam, jadi mana mungkin diberi tempat di tengah. Toh penguasa saat ini cuma bisa berkilah, tak tau cara memimpin sesuai syariah. Adakah yang layak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H