Bak berpangku tangan, pemerintah tidak ubahnya seperti penonton di stadion bola yang hanya sibuk berteriak akan menyelesaikan permasalahan namun tak kunjung turun ke lapangan pembinaan. Lantas, tak ada solusi yang benar-benar menghanguskan problematika yang menimpa kaum wanita dan anak-anak.
Perempuan dan generasi Indonesia perlahan hanya menjadi objek seksual mata-mata jahat pihak yang tak bertanggungjawab. Singkatnya, pemerintah memang sengaja menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi para mafia seksual untuk melancarkan nafsu bejatnya tanpa harus ketakutan berhadapan dengan payung hukum. Penguasa sebagai pengendali tertinggi dalam sebuah Negara sudah sepatutnya menjadi pengontrol paling ketat yang mampu memberikan cambuk bagi hukum di negerinya. Sayangnya, kepalsuan sistem hari ini membuat para penguasa seolah berdiam diri dan tak ikut berkontribusi menangani kejahatan seksual yang makin lama membuat sekarat kaum wanitanya.
Padahal seorang wanita adalah tonggak peradaban, apabila kaum wanita sengaja dirusak untuk kepentingan syahwat, maka rusak pulalah panggung Negara. Artinya, perlu kesadaran kuat dalam diri penguasa untuk lebih serius dan sungguh-sungguh menghadirkan sebuah sanksi hukum dan sistem politik yang mampu mengurusi urusan umat, terutama menjamin harga diri dan kehormatan kaum perempuan yang rentan menjadi korban eksploitasi.
Dalam hal ini eksploitasi wanita seolah dianggap hal yang biasa, berikutnya pihak perempuan dikapitalisasi hak dan kewajibannya oleh dunia materi semata. Wanita terjerat kebutuhan mengumpulkan materi, sehingga menggadaikan kemolekan wajah dan fisik mereka di hadapan sistem kapitalisme yang cacat ini. Kaum Ibu dipaksa memuaskan hajat seksual lelaki hidung belang, bahkan mereka dijadikan komoditi pasar sebagai model iklan hingga artis catwalk untuk dipertontonkan kecantikan tubuhnya.
![Dok. pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/10/30/fb-img-1604049342667-5f9be9338ede481b8436a0b2.jpg?t=o&v=555)
Sayang sekali, demokrasi telah dengan sengaja memisahkan kehidupan kita secara total dari agama. Lalu bagaimana akan muncul ketakwaan selama hidup dalam sistem demokrasi yang memisahkan kehidupan dari agama?
Pembinaan dan penguatan secara akidah dan pemikiran serta kepribadian umat terjamin dalam islam, sehingga menghasilkan karakter masyarakat yang jauh dari maksiat. Selain itu, islam menyediakan sanksi yang sangat tegas bagi siapapun yang nekat bermaksiat dan memberikan efek jera bagi pelakunya melalui hukuman cambuk atau rajam sampai mati. Dengan tafsir lain, tidak akan muncul pelaku kejahatan seksual dalam sistem islam yang mengandalkan daya kontrol dan pelaksanaan sanksi terketat bagi setiap individu yang dipimpin. Bahkan akan menjadi garansi ketaatan serta ketakwaan bagi siapa saja, karenanya islam cocok dan tepat diambil sebagai solusi atas kejahatan seksual yang masih belum bisa ditangani oleh rezim penguasa hari ini.
Dengan demikian penguasa wajibnya melek ada kekuatan sistem yang lebih baik yang terjamin sanggup menjadi pemimpin dari semua sengketa seksual khususnya. Layaknya islam sebagai kepemimpinan yang berperadaban, ia akan memiliki sistem hukum yang ketat dan menjadi control of abuse di tengah masyarakat yang rusak.
Kekuatan sistem islam ibaratnya sebuah wadah yang bersih dan menampung jutaan kubik air yang jernih, maka jika individu rusak masuk ke dalam sistem tersebut akan terjamin ketaataannya. Berbeda dengan wadah yang kotor, maka orang sebaik malaikat pun akan rusak dibuatnya. Inilah yang harusnya dipahami dan dipertimbangkan oleh para penguasa, agar menerapkan sistem terbaik yang berada di tengah-tengah mereka untuk menjamin kontrol maksiat dan meningkatkan ketakwaan individu.
Maka mustahil dari sebuah sistem yang baik akan muncul virus pelecehan seksual bak hujan es, sebaliknya akan melahirkan generasi yang memiliki ketaatan sempurna terhadap Tuhannya. Sudah saatnya kita memahami bahwa hanya sistem islam yang mampu menjadi pengendali sekaligus kontrol bagi masyarakat dari aktivitas maksiat yang dibenci Allah dan RasulNya. Sekaranglah waktunya kita membuka mata untuk menghadirkan sistem pemerintahan islam yang akan mewadahi ketaatan individu agar perilaku bejat masyarakat terkontrol dan terkendali secara ketat oleh Negara. Ringkasnya, Khilafah akan sanggup menjamin ketaatan dan ketakwaan umat secara menyeluruh. Wallahualam bisshowab.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI