Mohon tunggu...
Baiq Cynthia
Baiq Cynthia Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger, Content Writer, dan Mom to Be

Menulis membuatmu ada. Email: Baiq_cynthia@yahoo.com IG : BaiqCynthia Facebook : Baiq Cynthia Sribulancer : Baiqcynthia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Khawatir Soal Rezeki, Allah Punya Jalan Untukmu

4 September 2019   10:31 Diperbarui: 4 September 2019   10:46 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang kita terlalu khawatir soal masa depan, padahal masa depan masih menjadi misteri. Misteri yang kadang membawa banyak kejutan. Kejutan indah pasti datang tanpa disangka-sangka. 

Sebelum menikah terkadang saya berpikir akan mengalami kekurangan. Karena bahan-bahan meroket, pengeluaran listrik, beban dapur maupun internet. Secara teori kadang hasilnya akan kurang. Belum lagi pengeluaran dadakan seperti saat sakit atau ada kerusakan pada kendaraan.

Memberanikan diri menikah dengan niat yang mantap, walaupun saat itu saya belum bekerja dan suami masih sebagai pegawai honorer yang juga sedang mengurus skripsi. 

Dalam pikiran saya, menikah itu bahagia dan menjalani hidup penuh bunga-bunga. Nyatanya setelah menikah segalanya yang indah berubah haluan. Mulai dari membiasakan diri bangun lebih awal dan tidur lebih larut. Mengurus keperluan suami dan diri, belum lagi karena tinggal bersama mertua harus membantu juga. 

Awalnya berat, karena belum bisa beradaptasi di rumah mertua dan tempat yang baru. Ketika muncul beragam gejolak banyak pikiran yang menghantui soal masa depan.

Bagaimana kalau terus-terusan defisit? Seakan tidak percaya dengan kuasa Allah. Bahwa setiap yang bernyawa sudah ditanggung rezekinya. Pun tidak akan memberikan beban melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Allah Maha adil membagikan rezeki sesuai dengan kebutuhan kita. Tentu rezeki tiap makhluk tidak akan sama. Tetapi pasti kadarnya sesuai, tidak berlebih maupun kurang.

Saya menjadi teringat pada kisah seekor semut yang tinggal dalam toples besar dan diberi makanan berupa roti oleh majikan. Sang majikan pernah berujar akan kembali setahun lagi, memberikan roti baru. Setelah setahun majikan tercengang, di dalam toples masih ada seekor semut dan roti yang tersisa separuh. Kemudian majikan bertanya kepada seekor semut hitam, mengapa masih ada sisa roti? 

Jawaban semut sungguh mencengangkan. "Saya khawatir, Tuan tidak datang lagi. Jadi untuk persiapan selama setahun lagi ke depan."

Bayangkan kalau kita mendapatkan rezeki, apakah akan menghabiskan seperti semut hitam? Menggunakan separuh, dan menyimpan sisanya. Bukankah hidup sederhana lebih membawa berkah daripada foya-foya?

Terkadang yang membuat kita merasa kurang ialah terlalu boros membuat sesuatu. Perasaan yang selalu kurang dan tamak ketika mendapatkan rezeki. Sehingga muncul kebimbangan tentang hari esok, apakah rezeki akan menghampiri? Atau justru tidak datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun