Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang semakin kompleks, pendidikan tetap menjadi harapan utama untuk melawan dua tantangan besar peradaban: kekuasaan yang menindas dan pembodohan yang disengaja. Pendidikan bukan sekadar alat untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga senjata ampuh untuk membuka mata, melawan ketidakadilan, dan menghidupkan kesadaran kritis masyarakat.
Kekuasaan yang Menindas
Kekuasaan sering kali melanggengkan posisinya melalui kontrol terhadap akses informasi dan sistem pendidikan. Contoh nyatanya, ketika kurikulum dirancang untuk menyesuaikan kepentingan elite, meninggalkan nilai-nilai kritis dan kemanusiaan. Dalam situasi seperti ini, pendidikan sering kali hanya menghasilkan individu yang patuh, bukan yang berpikir kritis.
Pendidikan yang sebenarnya harus mampu memberdayakan. Paulo Freire, seorang pemikir pendidikan, menyebutkan bahwa pendidikan seharusnya menjadi proses pembebasan, bukan penjinakan. Ketika siswa diajak untuk berpikir, mempertanyakan, dan memahami realitas sosial, mereka menjadi agen perubahan, bukan sekadar roda dalam sistem yang sudah usang.
Melawan Pembodohan dengan Literasi Kritis
Pembodohan dalam masyarakat modern tidak lagi dilakukan melalui kebodohan terang-terangan, tetapi melalui manipulasi informasi. Di era digital, hoaks dan misinformasi menjadi alat ampuh untuk membentuk opini publik yang sesuai dengan kepentingan pihak tertentu.
Pendidikan kritis adalah jawabannya. Dengan literasi kritis, siswa diajarkan untuk tidak sekadar membaca, tetapi juga memahami konteks, menganalisis tujuan, dan mempertanyakan kebenaran informasi. Literasi kritis bukan hanya tentang membaca buku, tetapi juga membaca dunia.
Membangun Pendidikan Berbasis Kemanusiaan
Kita membutuhkan pendidikan yang humanis, yang menempatkan nilai-nilai kemanusiaan di atas segalanya. Pendidikan ini harus mengajarkan empati, kerja sama, dan keadilan sosial. Hanya dengan ini, generasi mendatang bisa melawan narasi kekuasaan yang menindas dan membangun masyarakat yang lebih adil dan beradab.
Aksi Nyata: Pendidikan untuk Semua
Untuk melawan pembodohan, pendidikan harus inklusif dan merata. Tidak boleh ada anak yang tertinggal hanya karena lahir di tempat yang salah atau dari keluarga yang tidak mampu. Investasi pada pendidikan adalah investasi pada masa depan bangsa. Selain itu, masyarakat harus didorong untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, tidak berhenti pada bangku sekolah saja.
Kesimpulan
Melawan kekuasaan dan pembodohan bukanlah tugas yang ringan, tetapi bukan berarti mustahil. Pendidikan adalah kunci, sebuah jalan panjang yang membutuhkan kerja sama dari semua elemen masyarakat: pemerintah, guru, orang tua, dan kita semua. Saatnya menjadikan pendidikan sebagai alat pembebasan, bukan penindasan.
Jika kita ingin masa depan yang lebih baik, melawan kekuasaan dan pembodohan dengan pendidikan adalah langkah awal yang tidak bisa ditunda. Mari bersama-sama menciptakan perubahan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H