Di Pondok Kenthir, Dusmin terburu lapor ke pak Ustad Slamet.
***
Slamet:
Ada apa Min.... kok kayak dikejar setan.
Dusmin:
Mau bilang pak.
Kamar Dusmin dan Pe’i tahu-tahu ada rumah laba-labanya.
Slamet:
Lah emang kenapa? Kamu takut?
Dusmin:
Cuma risih pak ntar kalo njatuhi muka gimana?
Apa perlu saya bakar Pak?
Slamet:
Jangan Min... Jangan.
Kamu tahu Laba-laba itu mengajarkan sifat tahu diri pada kita.
Dusmin:
Maksud pak Ustad?
Slamet:
Laba-laba itu setelah membuat sarang selalu berdoa.
“Ya Allah berilah hamba rizki nyamuk, lalat, laron atau sejenisnya.
Semoga mereka tersangkut di jaring yang kubuat”
Laba-laba tak pernah berdoa.
“Ya Allah berilah hamba rizki berupa BURUNG”
Dusmin:
Kenapa pak Ustad?
Slamet:
Karena burung malah merusak sarang yang telah dibuatnya.
Laba-laba sudah merasa cukup dengan hewan-hewan kecil.
Burung memang besar, tapi bukan jatahnya....
Dusmin:
Beda dengan manusia ya Pak ustad?
Ibadah gak pernah, tapi mintanya macem-macem ama ALLAH.
Berarti bener kata pak Ustad dulu.
“Jika kamu ingin tahu seberapa besar posisimu disisi Allah, tanyakan dulu seberapa besar posisi Allah dalam dirimu”
Slamet:
Subhanallah Min.... kamu masih inget.
Kok nambah pinter sih?
Kamu anak pak Onthel ya?
***
Poentjakgoenoeng, 26-6-16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H