Mohon tunggu...
Bain Saptaman
Bain Saptaman Mohon Tunggu... Administrasi - guru

aku adalah ..Musik....liverpool...the beatles...kopi....sepeda..vegetarian...... "AKU BERONTAK....maka aku ADA"....

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Artikel Utama

Laba-Laba di Pondok

26 Juni 2016   18:43 Diperbarui: 26 Juni 2016   19:47 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Pondok Kenthir, Dusmin terburu lapor ke pak Ustad Slamet.

***

Slamet:

Ada apa Min.... kok kayak dikejar setan.

Dusmin:

Mau bilang pak.

Kamar Dusmin dan Pe’i tahu-tahu ada rumah laba-labanya.

Slamet:

Lah emang kenapa? Kamu takut?

Dusmin:

Cuma risih pak ntar kalo njatuhi muka gimana?

Apa perlu saya bakar Pak?

Slamet:

Jangan Min... Jangan.

Kamu tahu Laba-laba itu mengajarkan sifat tahu diri pada kita.

Dusmin:

Maksud pak Ustad?

Slamet:

Laba-laba itu setelah membuat sarang selalu berdoa.

“Ya Allah berilah hamba rizki nyamuk, lalat, laron atau sejenisnya.

Semoga mereka tersangkut di jaring yang kubuat”

Laba-laba tak pernah berdoa.

“Ya Allah berilah hamba rizki berupa BURUNG”

Dusmin:

Kenapa pak Ustad?

Slamet:

Karena burung malah merusak sarang yang telah dibuatnya.

Laba-laba sudah merasa cukup dengan hewan-hewan kecil.

Burung memang besar, tapi bukan jatahnya....

Dusmin:

Beda dengan manusia ya Pak ustad?

Ibadah gak pernah, tapi mintanya macem-macem ama ALLAH.

Berarti bener kata pak Ustad dulu.

“Jika kamu ingin tahu seberapa besar posisimu disisi Allah, tanyakan dulu seberapa besar posisi Allah dalam dirimu”

Slamet:

Subhanallah Min.... kamu masih inget.

Kok nambah pinter sih?

Kamu anak pak Onthel ya?

***

Poentjakgoenoeng, 26-6-16

religinthir-576fbf83717e618c0df46de5.jpg
religinthir-576fbf83717e618c0df46de5.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun