(Reruntuhan) Candi Gunungsari (koleksi pribadi)
“Kok mau-maunya ke sini?”
Itulah pertanyaan yang disampaikan oleh Penjaga Candi saat saya dan istri sampai ke atas bukit di mana terdapat sebuah peninggalan bernama Candi Gunung Sari. Sebuah candi yang terletak di jalan Jogja-Magelang KM 24 Dusun Gulon Salam Magelang. Mengapa bapak ini bertanya demikian? Karena dalam sehari belum tentu ada pengunjung yang datang untuk menikmati bebatuan sisa-sisa kerajaan Hindu ini. Bahkan, ketika jam menunjukkan pukul 10.00, kami adalah pengunjung pertama yang datang.
Itulah Candi Gunung Sari. Nama yang jauh dari familiar di telinga kita,. Bahkan di telinga para Candi lovers. Kesepian nampaknya lebih dekat dengan Candi ini. Setiap hari hanya ditemani oleh kedua bapak ini yang dengan setia merawat kebersihan lingkungan sekitarnya.

Ada pula pengunjung yang merasa menyesal telah berpayah-payah datang, berjalan sekitar 500 m menuju puncak melalui anak tangga batu dan sisanya tanah, eh ternyata cuma menemui gundukan batu yang bertebaran dan bercampur tanah. Padahal Candi ini kunjungannya gratis. Lalu, apa yang menarik dari Candi ini hingga kami tidak menyesal setelah berkunjung?
1. Minimnya informasi tentang Candi Ini.
Tak disangka..... ternyata ada cerita menarik dibalik kehadiran benda purbakala ini. Awalnya, sekitar 20-an tahun lalu, ada niatan dari pihak TVRI untuk mendirikan pemancar di puncak bukit. Alat berat (entah bagaimana cara menaikkannya ke atas bukit) yang menggali ternyata berulangkali menjumpai bebatuan kuno. Lalu, akhirnya diputuskan untuk menghentikan penggalian menara dan dilanjutkan dengan penggalian bebatuan yang dilakukan oleh Dinas Kepurbakalaan saat itu. Hasilnya, ternyata berupa sebuah situs candi.
Satu candi utama dan 2 atau 3 candi perwara, yang kesemuanya sudah tidak menampakkan bentuk asalnya. Dan, menurut bapak Penjaga, ada rencana untuk memugar candi ini ke bentuk asalnya. Karena bebatuannya yang masih utuh meski tak satu pun dijumai adanya sebuah Arca, sebagaimana yang terlihat pada candi-candi lain.
2. Beragamnya Bebatuan Candi.
Biasanya saat kita berkunjung ke sebuah Candi, bentuk dan macam bebatuannya bersifat umum, seperti persegi polos atau berukir, Lingga Yoni atau arca. Namun, pada candi Gunung Sari, ada banyak ragam batuan yang tersisa. Ada yang mirip Bis yang dipake membuat sumur,

Ada juga berbentuk kapsul yang bagian bawahnya persegi enam.

Saya tanyakan ke Bapak penjaga, beliau sendiri tidak tahu apa kegunaan dari bebatuan tersebut.
3. Menyaksikan Keindahan Pemandangan dari Puncak bukit
Perjalanan menuju Candi Gunungsari memang butuh perjuangan. Apalagi usia gak bisa bohong. Namun, pemandangan yang nampak dari atas pebukitan membuat semua rasa lelah dan keringat bercucuran akan hilang dengan sendirinya

4. Cocok Buat Penderita Diabetes
Loh.... apa hubungannya Candi dengan Diabetes Mellitus?? Ya nggak ada!!!! Kenapa cocok? Mungkin pembaca pernah mendengar nama tanaman KIPAHIT. Salah satu kegunaannya adalah sebagai obat Diabetes mellitus tipe 1. Suatu penyakit yang dikarenakan tubuh kurang mampu memproduksi Insulin. Itulah mengapa tanaman ini pun disebut Insulin. Tanaman ini banyak sekali terdapat di daerah sekitar Candi. Bahkan sejak kami mendaki menuju puncak bukit, kiri kanan berhias bunga kuning nan indah milik Kipahit alias Tithonia Diversifolla.

Anda berkeinginan mengembangbiakkannnya di rumah, ambil saja batangnya lalu tancapkan di pot atau ambil bunganya yang sudah tua. Lalu, tanam bijinya. Sayang, apa karena ketidaktahuan dan dianggap Perdu liar, tumbuhan ini banyak yang dibabat.
Satu hal yang perlu ditambah dari tempat ini adalah akses menuju bukit dan ketersediaan toilet. Maklum, di tempat bapak penjaga tidak ada toilet apalagi air bersih.....
Bagaimana? Anda penasaran? Silakan berkunjung sekaligus melatih otot kaki menuju puncak bukit di mana Candi Gunung Sari berdiam......

.................................................
poentjakgoenoeng, 29-4-16
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI