Minggu-minggu ini, siswa kelas menengah atas sedang menjalankan USEK alias ujian sekolah. Yaitu ujian yang diselenggarakan sekolah, di mana soal-soal dibuat oleh para Gurunya sendiri.....
...........................................
Pulang dari mesjid kampung bakda isya saya diajak ngobrol sama tetangga yang anaknya sekolah di sebuah sekolah menengah atas negeri.
“Tadi, sepulang ujian hari pertama .... anak saya langsung murung pak Guru”
“Kenapa? Sakit ya pak? Periksakan saja... jangan-jangan kena DB. Palagi sekarang sedang musimnya”
“Bukan Pak...... tadi dia curhat bahwa dia kecewa”
“Kecewa kenapa Pak? Khan nilai belum keluar? Baru ujian”
“Kecewa sama sekolahnya?”
Saya agak heran juga. Kok kecewa sama sekolah Negeri yang lumayan baik. Lalu sang bapak itu menambahkan
“Kecewa sama jalannya Ujian tadi pak. Hampir semua teman sekelasnya saling contek”
“Loh, khan ada pengawasnya.. dua orang lagi”
“Itu dia pak Guru.... Pengawasnya malah ngobrol. Ada yang malah dolanan gadget. Yang bikin kecewa anak saya adalah mereka yang mencontek adalah anak-anak yang peringkatnya di atas anak saya. Berarti mereka selama ini mendapat peringkat baik karena nyontek, Pak...”
Saya kembali heran dan tertegun...
“Dan yang aneh, sudah tahu kelasnya gaduh pengawasnya diam saja. Bahkan ada yang bilang silakan nyontek asal nggak rame.....Apa memang pengawas ujian seperti itu, pak Guru?”
“Ya nggak pak....
Saya contohkan ya pak.... pas ngawas ujian yang pertama saya tekankan pada siswa anak saya adalah bahwa
1. Mencontek saat ujian sama saja dengan mengumumkan bahwa dirinya BODOH dan tidak pernah belajar
2. Mencontek sebagai pembuktian kalau sekolah bertahun-tahun sejak SD tidak ada hasil untuk meningkatkan rasa percaya diri
3. Mencontek sama dengan mencetak bibit-bibit baru koruptor dengan modal NGAPUSI alias KETIDAKJUJURAN.
“Terus kalo anaknya ternyata masih mencontek Pak ?”
“Saya bawa anaknya ke ruang pengawas atau panitia dan biarkan dia mengerjakan sendiri terpisah dari teman-temannya. Dan, alhamdulillah bisa berjalan. Memang kuncinya adalah semua pengawas harus sadar diri. Mereka saat itu kerjanya MENGAWASI bukan ngobrol palagi sibuk dengan gadgetnya”
“Kenapa bisa terjadi ya, Pak?”
“Mungkin karena sekolah takut nilai siswanya di bawah KKM. Sehingga apa pun dilakukan termasuk membiarkan siswanya saling contek....Ini kaitannya nanti dengan akreditasi sekolah.
Tapi TIDAK SEMUA sekolah atau guru begitu kok Pak.... Cuma oknum saja. Masih banyak gurunya yang baik dan peduli. Coba bapak coba menghubungi pihak sekolah. Bicarakan dengan baik. Sekaligus memberi motivasi anak bapak agar jangan “nglokro/mudah putus asa” dengan apa yang terjadi....Sekolah bukan Cuma cari nilai apalagi peringkat tapi Ilmu dan ketrampilan yang bisa dipake buat masa depan....
Gitu saja ya Pak.....besok kita ngobrol lagi....”
............................................
Poentjakgoenoeng, 8-3-16
(jelang Gerhana matahari total)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI