3. Pemberantasan yang Hangat-Hangat Tai Ayam
Nah inilah kebiasaan aparat kita. Berbuat ketika sudah terjadi. Setelah itu adem ayem kembali. Sudah bukan rahasia lagi kalau warung-warung kecil banyak yang menjadi distributor Miras oplosan. Botol-botolnya pun mereka samarkan dengan botol air mineral biasa. Dan, menurut salah satu cerita Ibu penjual, kurir pengantar barang akan mengirimkan barang pada jam-jam tertentu. Biasanya, setelah ada kasus begini mereka menyembunyikan barang dagangan. Dan, setelah kasus mereda dan aparat mulai kendor, mereka gantian yang bersemangat jualan. Dan, nanti setelah korban selanjutnya berjatuhan mereka akan ngumpet lagi. Gak beda khan ama Tom and Jerry?
4. Intelektualitas Gak Ngaruh dengan Kelakuan dan Gaya Hidup
Nah lo... seorang pemuda akan dianggap jantan dan macho jika bisa teler. Hadeuhhh. Terlebih, dia akan bangga bisa menyebutkan merek-merek terkenal seperti Martini, Galliano, Red Label, Balley dll. Meski yang diminumnya adalah hanya oplosan. Bayangkan, banyak pelaku dan korban oplosan adalah MAHASISWA!!. Bagaimana mungkin generasi muda penerus bangsa malah lebih hafal nama-nama miras ketimbang menghapal materi-materi kuliah yang diberikan dosennya. Intelektualitasnya hilang bersamaan dengan cairan oplosan itu memasuki tubuhnya. Yang ada Cuma kenikmatan semua berujung maut!!
...............................
26 Nyawa setara dengan 3 bulan Penjara atau denda 5 juta.....Uhukkkkkk
Semoga kasus Jogja ini adalah kasus terakhir... (tapi kayaknya gak mungkin kan? Hehehehe)
............................
Poentjakgoenoeng, 10-2-16