Aku mengenal beliau sejak lama di blog tercinta ini.. beliau selalu memanggilku “NANG Bain” artinya aku dimudakan oleh beliau (padahal umurku nyaris 50 tahun...hehehehe buka kartu....) . Beliau menganggapku sebagai anak. Alhamdulillah... suka sekali berteman dengan beliau. Kami banyak berinteraksi. Saya seringkali komen ke lapak beliau terutama pada postingan beliau tentang safari Ramadhan. Sejuk sekali bacanya.
Saat pilpres kami berbeda pandangan. Sehingga kami jarang berinteraksi. Maklum saat itu antar kompasianer dari dua pendukung sedang panas-panasnya. Beliau adalah seorang pendukung Prabowo sejati. Beliau sangat membanggakan sang tokoh. Bahkan, beliau sempat menerbitkan buku buat sang idola “Prabowo Presidenku”.
Sebuah buku yang tentunya berisi ungkapan keinginan dan kekaguman beliau akan sosok Prabowo. Cinta bapak ini kepada Prabowo tak perlu dipertanyakan.
Namun, saya berkeyakinan beliau bukanlah seorang pendukung Prabowo dan juga bukan PEMBENCI jokowi yang MEMBABIBUTA. Pada waktu 100 Kompasianer mendapat undangan Istana untuk jamuan makan siang, beliau hadir dengan gagahnya. Tentunya beliau seorang Muslim yang baik. Menghadiri sebuah undangan adalah sebuah kebaikan dan dianjurkan.
Mengapa beliau MAU HADIR padahal beliau pendukung sejati Prabowo? Saya yakin dengan integritas beliau. Beliau akan berfikiran seperti ini:
1.
Menghadiri undangan adalah sebuah kebanggaan. Artinya...keberadaan kita sebagai manusia dan warga negara itu diakui! Apalagi yang mengundang adalah seorang kepala Negara atau Presiden sebuah negeri di mana dia tinggal. Ingat, tidak semua Presiden yang pernah memimpin negeri ini mau mengundang rakyatnya ke Istana nan megah. ‘palagi dengan jamuan makan yang nikmat.
2.
Ungkapan “Tak Kenal Maka Tak Sayang” memang benar adanya. Beliau sangat paham bahwa rasa sayang akan tumbuh setelah kita mekin mengenal seseorang. Beliau memang Prabowo lover sejati namun beliau tak menutup mata akan kelebihan yang dimiliki Jokowi. Dalam postingan beliau menuliskan betapa seorang Jokowi yang memiliki tingkat kesederhanaan nan tinggi. Kedekatan dengan rakyatnya pada saat jamuan makan siang itu. Mata pandang beliau yang jernih dapat membaca hal ini. Kecintaan beliau terhadap Prabowo tak menutupi kekagumannya terhadap Jokowi. Dan sebaliknya, kekaguman beliau terhadap Jokowi tetap tak akan bisa mengalahkan cinta beliau terhadap Prabowo. Bagi beliau undangan ini adalah KESEMPATAN EMAS untuk mengungkapkan pandangannya. Bukan malah MENOLAK undangan seraya membuat statemen NYINYIR DI Media sosial seakan-akan menjadikan diri sebagai sosok LEBIH MULIA dari Presiden!
3.
Solusi lebih indah daripada rasa benci. Saya yakin alasan beliau menghadiri Undangan keistana adalah karena alasan ini ....
“kehadiran saya di Istana tak akan menghilangkan status saya sebagai pendukung setia prabowo”
“Harga diri saya sebagai pendukung Prabowo tak akan jatuh hanya karena saya bertemu Jokowi”
“Kehadiran saya ke Istana karena ingin memberi masukan pada Pemimpin saya, bukan sebagai PENJILAT jabatan palagi sekedar numpang makan siang”
“silaturahmi secara langsung bagi saya lebih bermakna daripada menumpahkan uneg-uneg yang berupa caci-maki terhadap Presiden Jokowi di media sosial demi mengharapkan LIKE”
“saya ingin membuktikan bahwa memang BEDA antara pengkritik dengan PENYINYIR. Pengkritik selalu memberi solusi sementara Penyinyir Cuma NYAMPAH dan NYAMPAH dengan kotoran kata-kata serapahnya”
..........................
Ya.. beliau adalah Bapak saya di Kompasiana.... Thamrin Dahlan.
Andai semua warga di Blog tercinta ini seperti Bapak, baik pendukung Prabowo maupun Jokowi... maka hujat-menghujat paska Pilpres akan segera reda. Sebagaimana kata pak Jokowi di postingan beliau
“Paska Pilpres Saya dan pak Prabowo sudah berteman.... ehh, malah yang bawah malah masih gontok-gontokan. Kapan kita bisa membangun negeri ini!!”
Terimakasih atas apresiasi bapak pada Presidenku.....presiden kita semua.
Salutku pada Bapak ..... salam dari poentjakgoenoeng yang dingin dan sejuk
adakah Pendukung Prabowo lain berkata seperti beliau?
"Terkesan Jokowi sepenuh hati ingin membangun Indonesia Raya. Tidak nampak kemegahan melekat pada dirinya padahal semua bisa didapat. Ada ketulusan hati membangun bangsa ini, tidak ada sikap arogansi sok kuasa khas oknum birokrat. Ucapan dan ungkapan Presiden selama berbicara semua ter fokus bagaimana membangkitkan rasa optimisme bahwa Indonesia adalah bangsa besar..."
..................................
Poentjakgoenoeng nan basah, 16-12-15
artikel beliau : Menebarkan semangat Optimisme Jokowi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI