Walau menyehatkan, ramah lingkungan dan hemat, kegiatan bersepeda alias gowes kini secara perlahan mulai ditinggalkan. Salah satu alasan yang sering penulis temui adalah “murah”-nya harga sepeda motor. Bayangkan, Cuma bawa uang 500.000, kita bisa membawa sepeda motor baru !!!! Bisa bergaya dan “naik status”.
Bicara tentang cerita bersepeda, penulis punya beberapa kisah suka duka terutama saat berada di kota Jogja. Ada beberapa hal menyenangkan saat menggunakan sepeda di kota pelajar ini. Apa itu?
1.
Sepeda adalah alat transportasi yang fleksibel, bebas hambatan
Kenapa fleksibel? Saat macet terjadi seperti di jalan Solo malam hari, sepeda cukup kita angkat jinjing melalui trotoar. Terus dituntun menuju ke tem pat yang lengang. Apalagi jalan yang saya lewati setiap mengajar adalah harus menyebarangi Ringroad selatan. Sepeda cukup diangkat melintasi trotoar, turun angkat lagi menuju ke tepian. Selesai. Selain itu, sepeda juga bebas hambatan. Kenapa? Karena saat lampu traffic light menunjukkan merah, maka pesepeda “tetap diperbolehkan” melintas oleh pak Polisi tanpa perlu disemprit apalagi dirazia! Yang penting kita berhati-hati. Asyik khan?
2.
Sering diadakannya lomba sepeda sehat
Ajang seperti ini adalah ajang yang tidak boleh dilewatkan. Entah sudah berapa kaos sepeda sehat yang kumiliki. Mulai dari ulangtahun Radio hingga Jumenengan Sri Sutan HB X. Selain berhadiah, ini adalah ajang silaturahmi para pesepeda di Jogja. Kadang saling bercerita dan bertukar fikiran. Meski tidak pernah menang, paling tidak saya sudah senang pernah ikut memeriahkan sebuah event, seperti yang pernah diselenggarakan Kompas Gramedia di UGM saat memperingati hari bumi. Semua peserta diberi suvenir 2 bibit pohon. Asyik khan? Bersepeda sekaligus menanam hehehehe
Namun, selain suka, bersepeda di Jogja kini banyak dukanya.
1.
Dirampoknya hak peseda oleh kendaraan Bermotor
“Jalur Khusus Sepeda” itulah tulisan putih berdasar hijau yang ada di perempatan traffic light di Jogja. Ruang ini selalu diisi oleh kendaraan bermotor saat traffic light merah, sepeda tidak berkutik. Mungkin, inilah salah satu sebab, pak Polisi memperbolehkan pesepeda menerobos traffic light asalkan berhati-hati.
Cerita lain yang menyesakkan adalah, beberapa waktu lalu sepulang sekolah, di perempatan Rejowinangun , ada seorang ibu yang bersepeda membawa gerabah (barang sejenis guci, anglo dll) dalam jumlah besar. Sangat berat. Saat beliau hendak berbelok ke kiri tiba-tiba dari belakang terdengar klakson keras berulang-ulang dari sebuah mobil plat B. Si ibu yang sudah tua itu grogi. Beliau langsung turun dan menuntun sepedanya sambil tertatih. Memang jalur itu bertuliskan “KE KIRI BOLEH LANGSUNG” namun perempatan itu sangat sempit. Dan, si ibu sangat kesulitan untuk memulai menggenjot sepedanya kembali !
2.
Siap-Siap Dihina Tukang Parkir !
Saya ke sebuah Swalayan cukup terkenal di Jogja yang parkirannya cukup luwas…. Saya letakkan onthel saya di area yang sudah tersedia (biasanya kalo sepeda tidak diberi karcis) Lalu saya masuk cari sesuatu…..Kurang 5 menit saya keluar…Astagaaaa!!! Sepeda saya sudah PINDAH TEMPAT ke POJOK DEKAT SELOKAN Yang lumayan Bau…..!! Jujur…. Saya Marahhhhh…
Apakah karena HANYA SEPEDA…..Onthel saya disingkirkan dari tempat parkir ….Diganti dengan sepeda motor. Padahal saya SELALU membayar parkir dengan HARGA parkir motor
Apa mungkin dikira pengendara sepeda tak mampu bayar parkir?
Hal lain yang menyebabkan onthel TERPINGGIRKAN dalam Parkir adalah MURAHNYA tarif parkir Onthel sehingga Hak Onthel DIRAMPAS untuk kendaraan yang lebih menghasilkan uang
Liat aja
5 Onthel = 1 sepeda motor
Khan mendingan buat motor? Dan ternyata Parkir sepeda sudah dinyatakan dalam Perda Kota Yogyakarta No 19 Tahun 2009 !!!! Bahwa ongkos parkir sepeda Cuma 200 rupiah!!! Sudah enam tahunan berlalu! Sayang PERDA tersebut belum disosialisasikan pada juru-juru parkir Hingga saya mengalami peristiwa tersebut.
3
Booming Sepeda Membuat Naiknya Onderdil
Senang juga dengan menjamurnya beberapa komunitas pesepeda yang muncul belakangan ini. Namun, efek buruknya adalah meningkatnya harga onderdil sepeda. Harga ban sepeda hampir setengah harga ban motor. Bahkan ongkos tambal ban pun kini sudah sederajat! Ughhhh...... Apa boleh buat, aku setiap beberapa bulan tetap setia berkunjung ke Bapak bengkel kesayangan di Jalan Wonosari demi "kesehatan" Onthel kesayangan.
.......................
Poentjakgoenoeng, 11-6-15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H