Mohon tunggu...
Bain Saptaman
Bain Saptaman Mohon Tunggu... Administrasi - guru

aku adalah ..Musik....liverpool...the beatles...kopi....sepeda..vegetarian...... "AKU BERONTAK....maka aku ADA"....

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Palembang : Sedikit Catatan Tentangmu

17 Januari 2014   19:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2 Minggu berada di kota pempek lumayan membunuh rasa kangenku. Terutama pada keluarga dan juga makanan-makanan tradisionalnya. Banyak yang telah berubah dari kota ini. Ini yang menggelitikku untuk menulis tentang kota yang dibelah sungai Musi ini.

1.

Kota yang “Istiqomah”.

Apa itu istiqomah? Konsisten ! Inilah yang dimiliki sebagian warga Palembang. Terutama yang terkait dengan masalah kebersihan. Di mana-mana sampah bertebaran. Pinggir jlan raya, taman, selokan bahkan tempat wisata seperti di Kuto Besak dekat jembatan Ampera.

Aneh memang, dudukdi taman yang adakotak sampah, tapi sampah tak dimasukkan. Cuma dibuang di sekitarnya. Kenapa saya tulis istiqomah? Karena kebiasaan buruk ini sudah berlangsung sejak lama. Bahkan sejak saya kecil. Entah...apa ini budaya atau hobi? Tak heran di beberapa sudut kota sampai ditulis peringatan yang menjurus kasar karena tak tega kota tercintanya penuh sampah.

138996023497505226
138996023497505226

13899602951114661172
13899602951114661172

Ketergantungan warga akan pertugas DKK (Dinas Kebersihan Kota) sangatlah besar. Mungkin dalam hati mereka berkata

“Biarin saja sampah bertebaran, Ngapain repot-repot buang ke kotak sampah. Khan sudah ada petugas DKK yang siap menyapunya setiap pagi”

2.

Kota yang “Maju”

Pulang kemarin saya sempat terkejut. Bayangkan, di dekat rumah sudah ada beberapa Swalayan Merah dan Biru. Dua berhadapan yang lain terpisah beberapa puluh meter.

1389960869971207554
1389960869971207554

Cukup kaget...alangkah mudahnya mendapat ijin membuka swalayan di kota Palembang. Saya ngobrol dengan beberapa tetangga yang warungnya tutup (karena kalah bersaing)bahwa ijin mendirikan Swalayan berada di tangan walikota. Dan, sang walikota tersebut itu kini menanti  pemanggilan KPK terkait Pilwakot Palembang yang berakhir ulang atas putusan MK di bawah Akiel Muchtar. Nah lo....Sungguh kaget mengetahui kemajuan kotaku ini. Luar biasa. Sepertinya “Kota Swalayan” atau “Kota Si Biru dan Si Merah”pantas disematkan.

3.

Kota Air

Memang, Palembang pantas disebut kota air karena berada di tepian sungai Musi. Namun, bukan itu masalahnya. Apabila kita menyusuri jalanan di kota Palembang di beberapa sudut, maka akan nampak nyata banyak air selokan yang tidak mengalir. Warnanya keruh kalau tidak hitam pekat. Bau menyengat di mana-mana. Yang aneh, warga Palembang menganggap hal ini biasa saja karena memang bagian kehidupan sehari-hari. Yang dipertanyakan adalah bagaimana sikap para pejabat di sana ? Jelas tidak ada reaksi karena mereka selalu naik mobil mewah berbau wangi parfum ketika berkeliling.

4.

Kota yang Kaya

Tak dapat dipungkiri Palembang adalah kota yang kaya. Mau bukti? Di depan rumah saya di Palembang ada sebuahPencucian mobil. Tiap 3 menit mobil bagus bergantian masuk dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore. Sayang kesenangan warga Palembangmenikmati mobilnya tidak diimbangi oleh infrastruktur yang berupa jalan Raya. Jalan di depan Rumah tidak bertambah luas sejak saya SD sekitar tahun 1975 sedangkan jumlah kendaraan naik berlipat-lipat sehingga untuk menyeberang jalan pun dibutuhkan keberanian ekstra. Selain kurang luas, banyak jalan di Palembang rusak parah yang membahayakan pengendara. 2 Minggu saya pulang, ada 2 kecelakaan di depan rumah saya meski tak menimbulkan korban.

5.

Kota Musik

Siapa saja yang pernah ke Palembang pasti setuju: Palembang adalah kota Musik. Silakan anda naik angkot. Maka, suara musik yang sangat overloud akan memekakkan telingan anda.

13899612081224499733
13899612081224499733

Hampir semua angkot pada semua jurusan melakukannya. Perkecualian untuk sopir-sopir yang sudah tua. Musiknya bukan yang easy listening namun House Music kencang. Untuk anda yang berpenyakit jantung atau gangguan THT, jangan sekali-kali bepergian melewati jalan seputaran Masjid Agung Palembang karena di sanalah bertemunya angkot dan Bis kota beberapa jurusan dengan memutar musik sekencang-kencangnya. Dada akan terasa pecah. Saya sendiri yang gila musik saja pernah muntah-muntah seturun angkot.

.....................

Itulah gambaran kota tercintaku sekarang. Sebagai anak yang pernah dilahirkan di sana saya Cuma mau bilang

“Pak Walikota...Pak Gubernur.......silakan anda bangun kota ini. Namun, bangunlah pula hati pula masyarakatnya untuk memelihara.

......................

poentjakgoenoeng, 17-1-14

foto: dw-coll

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun