Mereka yang berjualan di tengah wabah sedang melanda, apalagi dalam kondisi lapar sedang berpuasa, adalah saudara-saudara kita juga yang membutuhkan penghidupan yang layak.Â
Meskipun mereka para pedagang asongan, gerobak yang mangkal di pinggir jalan itu menjual dagangannya dengan harga sedikit lebih tinggi dari harga biasanya yang dijual para pedagang-pedagang di toko atau di gerai yang lebih besar.Â
Semestinya itu tidak menjadi hal yang patut kita bandingkan, di tengah puasa ramadhan kita yang menuntut untuk menghormati bulan suci ini. Salah satunya dengan banyak-banyak bersedekah dan berbagi makanan.
Mungkin persepsi kita masih mendikotomi antara sedekah dan jual beli. Padahal di dalam jual beli itupun sedekah bisa juga terlaksana. Salah satunya dengan melebihkan pembayaran, atau bahkan dengan langsung menyepakati harga yang ditawarkan oleh pedagang-pedagang asongan, gerobak dorong, itu karena mereka berharap keuntungan di dalamnya. Ramadhan ini juga mengajarkan kita tentang adab sosial dalam memuliakan saudara-saudara kita yang membutuhkan.
Kalau kita tidak bisa memberi terang, alangkah baiknya juga tak usah mengutuk kegelapan. Begitu juga dengan kita, ketika melihat saudara-saudara kita yang duduk menunggu uluran tangan di jalan atau menunggu para dermawan membagikan sekedar untuk berbuka puasa.Â
Jika kita tidak mau memberikan mereka, tak usahlah mencibir dengan pandangan merendahkan kepada mereka yang meminta, meskipun dengan berdalih karena mereka masih muda, terlihat kuat, masih bisa bekerja dari pada meminta-minta.
Alangkah baiknya kita berbaik sangka saja, mereka mungkin juga dengan berat hati dan mental yang sangat dikuatkan melakoni itu sekedar untuk mendaptkan apa yang bisa dimakan hari itu.Â
Terlebih di tengah wabah ini tidak semua bisa ter-cover dengan bantuan-bantuan dari pemerintah yang kadang juga tidak kita pungkiri sistem tebang pilih. Mereka mungkin tidak ada yang bisa mempekerjakan saat ini, mau berjualan pun mereka tidak punya akses untuk modal, meminjam modal pun mungkin tidak ada yang percaya kepada mereka.
Mereka terhimpit keadaan, sehingga memaksa untuk menunggu uluran tangan meski itu dilakoni dengan berat hati. Adab sebagai seorang muslim sudah semestinya mengikuti perintah dalam Al Qur'an, "Adapun kepada orang-orang yang meminta-minta, maka hendaklah jangan engkau menghardik"- Wa amma ssaa'ilaa fala tanhar.Â
Lalu kita diperintahkan juga untuk senantiasa bersyukur menyebut atau terus mengingat-ingat nikmat yang sudah diberikan Tuhan kepada kita, karena jalan kesyukuran itu yang senantiasa menjadi penambah atas rizki itu, " Dan adapun atas nikmat Tuhanmu, hendaklah disebut-sebut (diingat-ingat)"- Wa amma bini'mati rabbika fahaddits.