Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Freelancer - pengajar di Fakultas Ushuluddindan Studi Agama UIN Mataram, Pegiat Rumah Belajar dan Taman Baca Kompak, Lombok Timur

I'm the moslem kontak 087863497440/085337792687 email : abdulrahim09bi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Kemiskinan dan Kesyukuran

23 Februari 2017   19:00 Diperbarui: 24 Februari 2017   04:00 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kakek Pardi memberikan pengalaman yang beliau hadapi sebagai referensi untuk saya pribadi ke depannya bukan hanya mengejar rizki dalam bentuk harta. Akan tetapi rizki itu pun dalam bentuk kekuatan, kesehatan sangat perlu untuk disyukuri. Dan ketika bersyukur itulah sangat terasa bahwa rizki yang senantiasa kita pinta dalam doa itu akan berwujud dan terasa menenangkan.

Kemiskinan bukan untuk menjadi ratapan, akan tetapi dengan kemiskinan itulah kita akan teruji menjadi orang beriman apakah hanya melihat kemiskinan sebagai hal lumrah dan sunnatullah, ataukah melihat kemiskinan itu sebagai pembangkit keimanan sosial kita untuk tergeraknya hati untuk berbagi dengan mereka.

Kakek Pardi dengan ramahnya telah menyadarkan (saya pribadi) bahwa Tuhan itu pasti mengabulkan doa tentang rizki yang kita pinta, hanya perlu kesadaran kita untuk mengakuinya melalui syukur kepada-Nya, dan yang paling sederhana melalui ucapan " Alhamdulillah". Dan yang terakhir beliau ceritakan, bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, ungkapnya (sepertinya yang beliau maksud Ria'/sum'ah), bahwa kadang-kadang beliau juga senang memberikan sebagian hasil jualannya keada anak-anak kecil penjual koran di lampu merah yang beliau temui.

Sungguh itu adalah tindakan filosofis yang menyiratkan bahwa syukur atas rizki itu pun bisa dilakukan dengan berbagi rizki itu pula kepada sesama yang membutuhkan. Bukan malah sebagai orang yang mendustakan Agama dengan enggan membantu dengan barang berharga yang dimiliki atau yang disebut dalam Al Qur’an sebagai " wa yamna'unal ma'un" (Al Ma'un :7). Keikhlasan berbagi itulah yang mendatangkan ketenangan dalam hati, meskipun harta itu tak cukup banyak di tangan. Akan tetapi harta Tuhan dengan segala nikmatnya yang ada dalam diri adalah yang paling berharga.

Terimakasih Tuhan atas pelajaran-Mu melalui para ahli syukur yang telah mengajarkan bahwa kesyukuran itulah yang menjadikan rizki itu berwujud dan terkabulnya doa.

"Wa amma bini'mat rabbika fahaddits- Dan adapun atas nikmat Tuhan-Mu hendadklah senantiasa disebut-sebut" (Q. S. Ad Dhuha :11)

(Baim Lc, Sendowo, 23-02-17)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun