Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... Freelancer - pengajar di Fakultas Ushuluddindan Studi Agama UIN Mataram, Pegiat Rumah Belajar dan Taman Baca Kompak, Lombok Timur

I'm the moslem kontak 087863497440/085337792687 email : abdulrahim09bi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesempurnaan di Balik Sebuah Kekurangan

12 Juni 2016   12:47 Diperbarui: 12 Juni 2016   13:14 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi
dok. pribadi
Yang sangat mengharukan ketika gadis cilik tunawicara, bernama Titi maju membawa kertasnya, lalu dengan isyarat mulut yang tidak terlalu jelas terdengar berucap sesuatu, setelah dilihat pada kertasnya yang tertulis bahwa dia ingin menjadi orang Beriman. Bahkan anak sekecil itu di tengah serba kekurangannya mampu memikirkan hal sejauh itu, menjadi orang yang beriman bukanlah perkara mudah, ini pun sudah menunjukkan kemampuan berpikir gadis cilik tersebut sudah sangat potensial untuk maju. Gadis lainnya (Shelly) yang cukup active, dengan kondisi (maaf: bibir agak menyerong ke kanan) dan tidak terlalu jelas ketika berucap ditanya oleh Ilham apa cita-citanya, dia pun menjawab sampai 3 kali bahwa dia ingin menjadi Guru. Ilham menyela "masa' ditanya cita-cita jawabnya Guru melulu", ucapnya terbata-bata. Sepertinya itu menunjukkan konsistensi Shelly dengan cita-citanya.

Lalu bergiliran Dodi (penderita keterbelakangan mental) yang ingin menjadi Tentara, Ingin menjadi Polisi, dan juga ingin menjadi Dokter. Selanjutnya yang cukup menggelikan ketika Deri (keterbelakangan mental) maju membacakan cita-citanya yang ingin menjadi Pabrik Mobil. Serentak semua tertawa, lalu dikoreksi maksudnya dia ingin memiliki pabrik mobil, serentak kami kembali meng-Aminkan. Ada juga yang usil maju ke depan lalu membacakan kertas Temannya yang bernama Rino bahwa dia bercita-cita ingin menjadi Maling, Rino pun maju ke depan mengklarifikasi bukan dia yang menuliskan yang tadi, dia menyebutkan cita-citanya yang ingin menjadi teknisi bengkel Motor.

Acara dilanjutkan dengan pemotongan nasi tumpeng oleh ketua HMPT yang diberikan kepada perwakilan adik-adik tersebut. selanjutnya pemberian santunan berupa uang tunai yang diwakili oleh pengurus panti tersebut. Terakhir adik-adik yang telah menuliskan cita-citanya di kertas tadi diminta untuk menempelkannya di balon-balon yang sudah disediakan untuk diterbangkan. Adzan magrib sudah berkumandang namun mereka masih antusias berkumpul di halaman depan pendopo panti tersebut untuk menempelkan kertas-kertas mereka pada balon. Setelah balon diterbangkan semuanya kembali berkumpul untuk menikmati buka puasa. Semua adik-adik tersebut berpuasa, namun ketika berbuka mereka hanya meminum es buah yang disediakan, hanya beberapa yang langsung menikmati nasi kotak yang disediakan panitia.

dok. (OW)
dok. (OW)
Selesai shalat magrib kamipun berpamitan kepada pengurus Panti dan Panitia Dies Natalis HMPT tadi. ketika menuju parkiran Deri (penyandang keterbelakangan mental dan tidak terlalu jelas ketika berucap) mendekati kami dan menyodorkan tangan untuk bersalaman. Sampai tempat parkir dia masih mengikuti kami dan menunjukkan jalan. Ketika sedang memundurkan motor untuk keluar dari jejeran parkir motor, dia mengambil helm saya yang tergantung di kaca spion maksudnya supaya mudah untuk memutar motor dan helmnya tidak jatuh, lalu melepas kaitannya dan menyodorkannya pada saya. Dia seperti benar-benar mendapat kawan baru. sebelum berpisah saya sempatkan menepuk-nepuk pundaknya dan mengingatkn agar rajin belajar, yang dia jawab dengan beberapa kali anggukan.

Kesempurnaan dalam Kekurangan

Sepanjang perjalanan pulang dengan Khanif membonceng di belakang, saya teringat salah seorang anak di kampung (M. Mizan) yang juga penyandang tunarungu, dan sekarang tinggal di Pulau Seberang (Sumbawa Besar) mengikuti bapaknya yang bekerja di Departemen Sosial. Mizan yang waktu kecilnya memang sempat dapat mendengar, dan menjadi tunarungu ketika dia masih duduk di bangku kelas 5 MI. Waktu itu dia sempat sakit, dan mengigau seperti orang gila, menurut kepercayaan masyarakat Sasak (Lombok), dia diganggu oleh Jin yang mungkin saja dia duluan yang mengganggu jin tersebut. Setelah sembuh dari sakitnya, dia kembali sering mengaji ke Mushalla dan sempat sering saya simak bacaannya.

Saat dia mulai tidak bisa mendengar, dia mencoba memperhatikan mulut orang yang berbicara, dan kadang orang menggunakan isyarat tangan agar dia mengerti. saat sering menyimak dia mengaji, di sinilah sangat terlihat kesempurnaan. sang Maha Pencipta, Anak tersebut memiliki hapalan yang kuat ketika mengaji, bahkan kitab Iqro' yang seharusnya sebagai pembelajaran mengeja, pada beberapa bab-nya bahkan dia hapal juga. Terakhir sebelum pindah mengikuti orang tuanya, waktu itu saya ingat betul dia sudah sampai pada hapalan surat Al Buruj.

Tahun 2015 lalu ketika berkunjung ke Sumbawa besar saya sempat menginap beberapa hari di tempatnya. Dia bekerja sebagai tukang bersih-bersih di kantor Departemen Sosial Sumbawa Besar, dan dipercaya bersama kakaknya yang sudah lulus S1 untuk menjaga sekretariat Unit PKH (Program Keluarga Harapan) yang masih di bawah naungan Departemen sosial. Hal yang membuat saya kagum, sang anak tunarungu dengan pembelajaran mandiri melalui membaca di Google, dia paham tentang Update Firmware Android, Root, sampai Recovery File yang sudah terhapus dimakan Virus di android, yang saya pun sampai sekarang belum paham dengan hal tersebut. Bahkan beberapa kali dia juga pernah melakukan transasksi jual beli online melalui situs bli-bli dan bukalapak.

Mizan (jaket-baju merah)
Mizan (jaket-baju merah)
Hal tersebut menunjukkan apa yang digaungkan Khanif tentang konsep Inklusi bahwa seharusnya kondisi kesamaan hak, tidak ada sekat antara difabel dan non difabel dalam masyarakat, baik itu dalam mendapatkan pendidikan atau pelayanan lainnya. Konsep SLB yang selama ini tetap berlaku menurut Khanif itu sama saja dengan tetap mendiskreditkan penyandang difabel untuk terkungkung bergaul sesama penyandang difabel. Padahal potensi-potensi besar yang ada pada penyandang difabel juga berhak mendapat kesamaan pembinaan selayaknya yang non difabel.

Kembali lagi teringat seorang Sepupu di kampung yang tunarungu dan tunawicara, namun begitu bisa dikatakan multitalent dalam beberapa hal. Kesehariannya sebagai tukang Heler gabah (Padi), selanjutnya menjadi Ojek, tidak pernah ada hambatan ketika berinteraksi dengan yang lainnya. Bahkan ketika saya masih di bangku SMA, tiap hari dia diminta untuk mengantarkan saya ke sekolah dan jarang terlambat dari pada ketika saya membawa motor sendiri.

Tujuan besar yang ingin dibangun Khanif sebagai penggagas Peduli Difabel yaitu dengan Konsep Inklusi tadi semakin banyak membuka persepsi kita tentang mereka yang walaupun terlihat memiliki kekurangan, namun di sanalah letak kesempurnaan dengan potensi-potensi besar yang ada pada mereka. Dan Sore kemarin telah membuktikan bahwa kepedulian kita terhadap mereka adalah sebuah semangat besar bagi mereka, dan kebahagiaan bersama adalah sejatinya kebahagiaan yang seharusnya kita bangun dengan semangat Sosial bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat untuk orang lain (Khairun nas anfa'uhum linnas).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun