Pemilu 2019 sudah didepan mata, 28 hari lagi kita sudah menuju tahun 2018, yang artinya sebentar lagi kita akan masuk saat-saat mulai gencarnya para calon pemimpin Bangsa Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, situasi politik di Indonesia semakin memanas, dalam artian negatif maupun positif.
Dalam beberapa tahun terakhir, kita sudah melihat bahwa pergolakan-pergolakan politik di Indonesia, dimulai dari kemenangan Bapak Jokowi atas Bapak Prabowo dalam memperebutkan bangku RI I.
Kemudian kita melihat kalahnya Bapak Basuki yang berhasil dikalahkan oleh Bapak Anies Baswedan dan pasangannya Bapak Sandiaga Salahuddin Uno dalam memperebutkan bangku DKI I.
Dalam beberapa tahun ini, kita juga melihat kenaikan eksekusi hak masyarakat dalam menyampaikan pendapatnnya, kita melihat beberapa demo bergilir yang dikerahkan masyarakat untuk menyuarakan opini nya yang sah secara hukum.
Kemudian dibalas kembali oleh pihak sebelah yang tidak menerima suatu keputusan hukum dan memutuskan untuk melawannya dengan cara mengeksekusi hak mereka, yaitu berorasi untuk menyampaikan pikirannya.
Dalam beberapa tahun ini, kita melihat teman berubah menjadi musuh, anak dan orang tua hubungannya renggang, antar-saudara terpecah, hanya karena perbedaan pendapat dalam pandangan politik.
Hanya karena satu perbedaan, kesamaan-kesamaan yang selama ini sudah terjalin hancur begitu saja.
Dalam artian positifnya, pergejolakan dunia politik Indonesia menunjukan, bahwa masyarakat Indonesia saat ini sudah terbangun untuk peduli terhadap politik negarnya.
Dimana mereka mulai menunjukan pandangan mereka terhadap sesuatu yang dapat memajukan Indonesia ataupun menghancurkan Indonesai, mereka mulai menggunakan pendapat mereka untuk berpendapat, melalui media massa, poster, maupun media-media lainnya.
Mereka mulai menggunakan hak pilihnya, agar pasangan yang mereka dukung dapat memenangi bangku yang diperjuangkan, dan akhirnya merealisasikan seluruh perkataan dan janji-janji yang telah mereka buat saat berkampanye.