Akan tetapi, negara-negara seperti Indonesia, Amerika, Filipina pada realitanya tidak benar-benar ada. Itu adalah cerita atau keyakinan yang orang-orang terdahulu buat dengan memanfaatkan perasaan senasib, misalnya karena memiliki rasa penderitaan yang sama secara kolektif karena dijajah bangsa eropa, atau karena persamaan ras, dan lain-lain. Pemahaman secara kolektif itu, yang sangat melekat dari diri kita.Â
Kemampuan untuk menceritakan fiksi itulah, menurut Harari, yang merupakan fitur terunik bangsa Sapiens. Fiksi tidak hanya memungkinkan manusia mengkhayalkan berbagai hal, tetapi juga mengkhayalkannya secara kolektif.
Sayangnya, buku ini tidak bisa dijadikan sumber yang cukup terpercaya untuk keperluan penelitian ilmiah. Perlu dicatat bahwa buku sains populer ini tidak murni berisi kumpulan fakta-fakta sejarah. Di dalamnya sudah tercampur dengan opini pribadi Harari. Jadi, pembaca perlu untuk memisahkan antara fakta sejarah dan opini penulisnya. Namun setidaknya ada 3 opini utamayang diungkapkan Harari di dalam buku ini:
Sapiens sudah melewati tiga revolusi penting dalam sejarah panjang umat manusia yaitu revolusi kognitif, agraria dan saintifik.
Tiga hal yang membuat sapiens berbeda dengan spesies manusia lainnya adalah kemampuan berbahasa, kemampuan bekerja sama dan kepercayaan akan hal-hal abstrak.
Meskipun sudah melewati tiga revolusi besar, kehidupan manusia modern tidak lebih baik dibandingkan dengan kehidupan manusia 50.000 tahun yang lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H