Mohon tunggu...
bkp kelompok 26 pakusari
bkp kelompok 26 pakusari Mohon Tunggu... Penulis - Pakusari Jember

Menggali aset demi kepentingan bersama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Kolaboratif: Tembakau Lokal Menjajah Pasar Eropa

14 Agustus 2022   12:30 Diperbarui: 14 Agustus 2022   12:31 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pengeringan tembakau di Desa Tanjung Rejo, Kabupaten Jember/dokpri

TANJUNGREJO, KOMPASIANA – Tembakau merupakan tumbuhan yang kebanyakan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan rokok. Jemari merupakan salah satu pengusaha ekspor tembakau yang berhasil di Desa Tanjungrejo. Berdasarkan wawancara pada Rabu (10/10/22), Jemari bisa mendapatkan keuntungan hingga kurang lebih 25 juta di setiap pemasarannya.

Bisnis tembakau yang dijalankan Jemari dan istrinya baru berjalan 3 tahun dan sudah termasuk yang paling sukses di desa. Sebelum menikah, masing-masing dari mereka juga sudah menjalankan bisnis ini dengan orang tua mereka. “Ini baru jalan 3 tahun sama bapak mbak. Sebelumnya tapi saya memang sudah punya sendiri sama orang tua, pak Jemari juga sudah punya dengan mantan istrinya,” ucapnya.  

Jenis tembakau yang dipakai oleh Jemari adalah jenis Na Oogst. Ia mengatakan bahwa jenis tembakau ini merupakan jenis tembakau yang memang sering digunakan di Eropa. Tembakau akan dipanen setelah 50-60 hari, namun jika musim penghujan bisa mencapai 80 hari atau lebih. Pengeringan dilakukan dengan cara diasap menggunakan tungku buatan dibawah daun. Setelah kering, akan disortir untuk mencari daun terbaik yang besar untuk dikirim ke pabrik pengolahan. Setelah diolah itu baru akan dikirim ke Eropa untuk proses lebih lanjut menjadi rokok.

Jemari menjual hasil pengeringannya setiap daun siap untuk dikirim. Setiap pengiriman, Jemari bisa mendapatkan keuntungan kurang lebih 25-60 juta sesuai dengan berat daun. “Dari hasil yang didapatkan itu, 35 persennya digunakan untuk menggaji pekerja dan pengeluaran produksi,” tambah Jemari. Selama menjalankan bisnis tembakau bersama istrinya, mereka belum pernah mengalami kerugian. Tetapi saat masih belum menikah dengan sang istri, Jemari dan petani tembakau lain pernah mengalami kerugian saat hujan debu. (ata/rmd/KKN28)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun