Bagaimanapun, di tengah padang pasir film-film tak bermutu, N5M adalah oase. Kita bersyukur masih ada (mudah-mudahan banyak) sineas kita yang mau bersusah-payah membuat film yang berisiko seperti N5M. Mereka masih punya idealisme tentang arti pelajaran moral, pendidikan pekerti, dan hikmah yang dikandung sebuah film, ketimbang hanya memikirkan pundi-pundi emas yang bakal diraup meski harus mengorbankan nurani dan generasi muda penontonnya. Betapa industri film kita, dalam waktu yang cukup lama, bahkan hingga hari ini, kerap dipenuhi dengan film ‘murahan’ beraroma seks dan horor. Film yang bermata pedang dua: menghibur sekaligus merusak.
N5M, pun film-film seperti AAC, KCB, LP, SP dan lain-lain harus kita dukung. Kalau bukan kita, lalu siapa lagi? Kalau sudah demikian, urusannya bukan lagi menghibur atau tidak, seru atau tidak; melainkan: ini bagian dari perang melawan film yang tidak mendidik. Dukungan terhadap film yang punya mission pencerahan bagi generasi muda Indonesia. Karena hadirnya kita ke bioskop menjadi pertimbangan sebuah film layak putar ulang atau hilang dari peredaran. Tentu harus dibarengi dengan para pekerja film membikin film yang sarat makna, tetapi juga keren secara sinematografis.
Semoga.
[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H