Rakyat kolaka utara hanya berharap kelak Pemimpinnya mampu mewujudkan pembangunan infrastruktur jalan, fasilitas umum, fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan layak dan baik yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat.
Sebagai tokoh muda, maka kita berharap jangan sampai kehadirannya malah meruntuhkan paradigma bahwa yang muda lebih berintegritas dan lebih agresif dalam bekerja. Pemimpin muda sudah seharusnya lebih inovatif, melakukan lebih dari apa yang dijanjikan ketika berkampanye demi kesejahteraan rakyat kolaka utara.
Pemimpin yang bisa merepresentasikan diri sebagai pengayom, bukan otoritarian. Sosok yang menyadari jabatan adalah amanah, bukan alat untuk menjarah. Oleh karena itu, agar tak terus terjebak pada kepemimpinan palsu yang eksis karena sekadar pintar memoles citra, rakyat kolaka utara mesti cerdas dan jeli dalam menjatuhkan pilihan.
Akhirnya, sukses tidak hadirnya pemimpin muda kolaka utara yang peduli sangat bergantung pada sikap semua pemilih. Cerdas dan cermat dalam memilih adalah kunci untuk mewujudkan kembali harapan kita untuk memiliki pemimpin hebat.
Kiranya Pilkada serentak 2017 dapat dijadikan momentum untuk meneguhkan semangat menjadi satu dalam memilih pemimpin yang memiliki komitmen mengejar kemajuan dan berhasrat tinggi menggapai cita-cita kemakmuran. Semoga.
Bahtiar hamzah (innovator coach)*
*Penulis merupakan praktisi media sosial dan juga wirausaha muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H